Kehilangan Itu Perih, Jenderal!

Tepat di hari ketujuh Ramadhan, Alhamdulillah Allah SWT memberikan saya pelajaran tentang kehilangan. Lagi-lagi bersyukur, ujian kehilangan hanya berupa sebuah iPhone 6 Plus 64 GB Gold. Bukan nyawa atau kehilangan orang-orang tercinta.

Hari ini, Rabu (24/6/2015) mentari sedemikian terik hingga kerongkongan terasa tercekat. Kereta yang saya tumpangi menepi di Stasiun Duri. Saya pun menggendong si kecil di kerumunan, saya memeluknya erat. Karena saya sadar tangan si kecil seperti ikut tertarik-tarik orang.

Hingga tetiba ada tangan yang menepuk punggung saya. Saya pun berucap, “Astaghfirullahalazim!”. Buru-buru mengecek handphone. Yup! iPhone 6 Plus 64 GB berlapis emas hadiah ulang tahun dari suami tercinta lenyap. Saya pun menarik tangan orang yang baru menepuk saya. Lelaki tanggung buru-buru saya tuduh, “mana handphone saya?”. Si lelaki tetap tenang, dan saya hampir kecut jangan-jangan saya salah tuduh. Namun dari sekian banyak pengalaman saya menghadapi copet. Para copet memang profesional, mereka semacam punya teori bagaimana caranya beralibi saat kepepet.

Rupanya kegaduhan saya memancing perhatian orang satu stasiun Duri. Saya yang mungil menenteng si kecil dengan gagah berani menantang lelaki tanggung. Dan saya pun didekati oleh petugas keamanan kereta. Saya dan si tertuduh digiring masuk ke pos. Dan kebetulan di pos bukan hanya saya yang mengalami kecopetan.

Seperti dugaan saya, aparat tidak menemukan iPhone saya. Aparat pun membisiki saya, pasti kawanannya sudah pergi. Saya tentu saja tidak bisa menahan lama-lama si tertuduh. Karena saya tidak punya bukti. Bisa-bisa malah saya yang digelandang ke polisi.

Untung saya tidak langsung semaput. Saya masih tetap mawas diri. Saya pun meminta tolong agar petugas stasiun Duri mencari orang di stasiun yang kebetulan memiliki gadget besutan Apple juga, entah itu iPhone, Mac atau iPad. Saya butuh aplikasi Find iPhone untuk melacak keberadaan iPhone saya. Sekilas, tertuduh sempat cemas, tetapi tentu saja itu bukan berarti kecurigaan saya terbukti.

Sebagai informasi, selama ini iPhone/iPad/Mac dikenal sebagai gadget paling canggih yang sangat melindungi data pemakainya. Setiap piranti punya identitas unik yang hanya bisa dipakai secara legal oleh pemiliknya yang sah. Berbeda dengan kebanyakan hape yang bisa dengan mudah diretas passwordnya. Maka sampai kapanpun iPhone/iPad/Mac setia pada pemiliknya yang legal. Kecuali si pemilik menjual atau menyerahkannya kepada orang lain secara legal pula.

Dan pihak Stasiun Duri pun berhasil menemukan pemakai iPhone untuk saya pinjam. Saya pun masuk ke find iphone dengan ID Apple saya. iPhone saya sudah berada kurang lebih 1 kilo meter dari lokasi saya berada. Saya di Stasiun Duri dan si Iphone sudah di perbatasan antara Jalan Kali Anyar 1 dan Jalan Kali Anyar 2. Dari foto satelit terlihat jelas di mana si Iphone. Saat itu saya berpikiran kalau saya berhasil ke lokasi, mungkin saya masih bisa mengenali para tersangka di kerumunan.

Sudah tahu lokasi, buru-buru saya set di aplikasi ‘Find iPhone’ kalau iPhone saya hilang ‘Lost Phone’. Dengan begitu, secara otomatis, iPhone saya tidak bisa diutak-atik oleh si pencoleng. Mereka hanya bisa melihat tampilan awal yang hitam dengan pilihan bahasa dan tak bisa masuk ke dalam.

Tambahan lagi, iPhone saya akan terus berteriak-teriak minta tolong dengan bebunyian alarm yang sungguh berisik. Layar akan sesekali muncul dengan tulisan yang sudah saya set “TOLONG KEMBALIKAN iPHONE SAYA, HUBUNGI NOMER TELEPON 0816XXXXXXX. SAYA AKAN KASIH IMBALAN DAN TAK AKAN LAPOR POLISI”.

Di tampilan ‘Find iPhone’, iPhone saya mulai bergerak. Alhamdulillah, aparat Stasiun Duri sangat kooperatif. Saya ditemani seorang marinir, dan kepala keamanan Stasiun Duri mengejar keberadaan iPhone saya berbekal petunjuk ‘Find iPhone’.

Sayangnya, si iPhone terus bergerak menjauh. Saat kami sudah di lokasi awal di Jalan Kali Anyar 1, si Iphone sudah menjauh ke arah Latumenten, dikejar terus. Sampai akhirnya lokasi terakhir di Jembatan Besi 1 dan 2. Lenyap! Si iPhone offline. Saya bisa membayangkan si pencopet putus asa karena si Iphone terus-terusan teriak minta tolong dengan alarm yang bikin berisik plus layar dengan pesan dari saya untuk mengembalikan.

Akhirnya pencarian berhenti di Polsek Tambora. Saya menyerah toh saya sudah usaha. Sebagai tindakan antisipatif kemungkinan penyalahgunaan nomer telepon. Saya meminta surat keterangan hilang untuk mengurus pemblokiran nomer dan penggantian nomer di Telkomsel.

Pencarian memang gagal. Namun saya sukses membuktikan bahwa ternyata tidak semua orang masa bodoh dengan kesulitan orang lain. Pihak stasiun Duri, marinir berbaju dinas yang bahkan saya lupa namanya siapa, para Polisi di Polsek Tambora dan Polres dekat Jembatan Besi, juga para tukang ojek. Ah….masih banyak orang baik ternyata di dunia ini.

Setelah mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Karena mereka menolak selipan amplop. Saya pun melangkah gontai kembali ke Stasiun Duri sebelum pulang ke rumah. Sempat berbicara dengan si bapak marinir yang kebetulan membantu saya, dia bilang, “Kalau emang milik pasti akan kembali kok dek”. Saya tersenyum getir.

Setelah berterima kasih dengan penuh keharuan saya pun segera ‘terbang’ ke Gerai Telkomsel di Gandaria City. Laporan kehilangan untuk penggantian baru. Iseng tanya, bisakah Telkomsel melacak. Mereka hanya bilang, bisa kalau si pencopet memakai untuk telpon.

Setelah kelar, iseng melipir ke iBox, gerai iPhone langganan saya di Gancit. Saya hanya pinjem aplikasi ‘Find Iphone’ untuk mengecek kembali si iPhone. Dan si Iphone masih belum bergerak, dalam keadaan mati di daerah Jembatan Besi.

Orang iBox pun berkali-kali bilang, “Tenang aja mbak, si pemegang iPhone mbak sekarang gak bisa ngapa-ngapain. Karena sekali pemilik iPhone yang sah melaporkan kehilangan di Find iPhone, hape otomatis terkunci dan blank, tidak bisa diakses. Dijual pun tak laku, karena tidak berfungsi. Dinyalakan juga alarm bunyi. Si pencopet Cuma  punya dua pilihan, iPhone dibuang tapi tidak dapat apa-apa atau dikembalikan ke pemilik dan mendapat uang”.

Sedikit tenang! Langsung saya pulang ke rumah membawa Sydney yang mulai kelelahan. Bahkan dia terlalu lelah untuk menyantap makanan malamnya.

Dalam perjalanan pulang, kembali galau. Takut dimarahin suami yang sudah mempersembahkan hape muahal demi istrinya tercinta agar sang istri tidak kerepotan membuat draft tulisan untuk pekerjaan saya, dan memperlancar komunikasi kami dengan video lewat Facetime.

Jadi sebelum diomelin, saya sudah pasang muka sedih dan akhirnya malah nangis-nangis. Sang suami Cuma bilang, Alhamdulillah Cuma hape yang hilang bukan kamu atau Sydney, sambil tersenyum. Saya malah tambah nangis….”Hua tapi kan mahal banget…”.

Lagi-lagi sang suami membesarkan hati, “Kalau emang masih milik Insya Allah bakal kembali”.

Yeah….karena selama ini yang bolak-balik kehilangan iPhone/iPad itu si suami yang pelupa. Dan Alhamdulillah selalu kembali. Bahkan iPad, setelah semingguan baru dikembalikan oleh orang yang katanya menemukan. Sang suami malas menanyai orang yang mengembalikan iPad dan iPhone-nya, langsung kasih imbalan.

“Terserah dia mau bilang nemu atau jatuh dari langit, yang penting ketemu”, begitu katanya.

Suami hanya bilang, “Just do what I did”.

“Berdoa, duduk manis sambil memantau keberadaan si iPhone. Kalau emang hak milik, Insya Allah akan kembali. Kalaupun tak kembali, toh data akan aman disimpan oleh iCloud Apple sampai punya iPhone pengganti. Kenapa resah?”

Sekali lagi, si penemu/pencopet iPhone Cuma punya dua pilihan, dibuang atau dikembalikan. Toh iPhonenya tidak akan bisa dipakai sendiri apalagi dijual. Jailbreak secanggih apapun, akan mengurangi kegunaan iPhone.

Kalau begini jadi inget film Mission Impossible zaman dahulu. Setelah perintah tersampaikan, kaset akan meledak dengan sendirinya. Begitu pula iPhone yang sudah diproteksi.

Ah, ternyata kehilangan apapun itu akan terasa perih, Jenderal!

CopetgrogolhilangiphoneJalan Kali Anyar 1PetamburanPolsek Tamborastasiun duri
Comments (1)
Add Comment
  • Luki

    Waaahhh cerita yg mengharukan dengan balutan Keluarga Yang Samawa… Semoga selalu samawa…