Ketika Passion Lebih Berharga dari Uang

Tak sedikit dari kita yang berkarir di bidang yang sama kali jauh dari apa yang dipelajari dahulu, namun mereka menikmatinya. Begitupun banyak di antara kita yang terpaksa ‘melacur’ bekerja di bidang yang sama sekali tidak disukai hanya karena uang.

Banyak orang bertanya mengapa saya yang jebolan sarjana pertanian di sebuah institut pertanian ternama di Asia Tenggara, tak tergerak sedikitpun untuk berkarir di bidang pertanian? Saya hanya menjawab singkat “passion”. Maka saya memilih menulis menjadi dunia saya.

Suatu hari waktu saya masih bekerja di sebuah kantor berita ternama di Indonesia, saya punya banyak sekali teman yang ternyata merasa ‘terpasung’. Rupanya kebanggaan sebagai bagian dari korps pers dan gaji yang lumayan tidak mampu menenangkan jiwa mereka. Padahal saya yakin ribuan orang di luar sana ingin bertukar tempat dengan mereka.

Setelah sempat dilanda kegamangan yang luar biasa. Akhirnya mereka pun memilih hengkang demi kepuasaan batin. Berkarir demi passion.

Sebetulnya apa sih passion?

Secara harfiah passion adalah Perasaan dan emosi yang kuat.

Pasion bisa diartikan sebuah perasaan atau emosi terhadap suatu hal yang membuat seseorang sangat berantusias dalam melakukannya.

Passion bisa juga perpaduan antara kenikmatan, makna dan perasahaan atau dalam bahasa inggris diartikan combination of pleasure, meaning and emotion. Ada juga yang mengartikan bahwa Passion adalah gairah yang benar benar memotivasi seseorang.

Passion adalah sesuatu yang selalu bersemangat untuk melakukannya dan tidak pernah bosan untuk selalu melakukannya.Makanya tak heran, ada orang yang tetap bergairah mengerjakan sesuatu meskipun tidak dibayar. Karena motivasi terbesar mereka untuk melakukannya bukanlah uang tetapi kepuasan batin.

Pada suatu perbincangan di kantor lama, saya pun terkejut mendengar pengakuan teman-teman saya. Ada seorang sekretaris bos yang bercita-cita ingin menjadi perias wajah orang, menonjolkan kecantikan seseorang adalah keinginannya yang terpendam. Maka dia pun mencuri-curi waktunya yang sebetulnya sangat sibuk untuk sekolah tata rias dan kami teman-teman kantornya menjadi kelinci percobaannya, wajah-wajah kami yang hampir tak kenal make up walau kerja di TV disulap jadi teramat cantik.

Saat dirasa sudah siap, teman saya pun mengundurkan diri baik-baik. Saat ditanya orang apa yang akan dilakukan setelah resign. Diapun menjawab tegas mau jadi tukang make up. Matanya berbinar-binar penuh kebanggaan. Dan saya yakin saat itu banyak orang yang mencemooh. Namun, kini orang-orang akan berdecak kagum melihat hasil karyanya kini. Dia menjadi salah satu make up artist paling sibuk. Orang-orang rela antri dan membayar mahal agar bisa di make up oleh Desi teman saya yang mantan sekretaris bos di TV.

Lain lagi teman saya Tari, dia adalah senior planner di tim kami dulu. Merajut adalah salah satu hobi utamanya. Tari pun bercita-cita suatu hari bisa hidup hanya dengan merajut. Tak peduli berapa penghasilannya asal bisa merajut dan tak perlu meninggalkan anak seharian, Tari sudah bahagia.

Maka Tari pun berhenti dan memilih merajut sebagai jalan hidupnya. Awalnya mungkin banyak orang yang mencibir keputusannya. Apa sih yang bisa diharapkan dari merajut?

Dan kini setelah hampir 4 tahun resign, Tari berhasil menunjukan kepada orang-orang bahwa pilihannya tepat. Rajutannya tak hanya diminati pembeli Indonesia, tetapi juga mancanegara. Hasil rajutannya tak hanya singgah di ASEAN tetapi juga sampai ke Eropa dan Amerika Serikat. Para fotografer bayi kelas dunia menggunakan rajutannya sebagai wardrobe. Para bayi pesohor negeri sudah pernah menjadi model rajutannya, hasil buah tangannya. Tentu saja kini Tari punya banyak anak buah untuk memproduksi rajutannya.

Ada juga mantan manajer di tempat saya bekerja dahulu. Dia tiba-tiba mengundurkan diri dari kursi empuk. Demi menjadi seorang pramuka. Dulu mungkin orang akan tertawa terbahak-bahak kini siapapun akan angkat topi. Karena dia termasuk pengurus Pramuka Jawa Barat yang disegani.

Ada lagi seorang teman yang dahulu sering saling curhat di toilet. Namanya Nuning, senior programming di TV kami. Dahulu dia pernah menyampaikan keinginannya untuk bergelut di bidang kecantikan.

Setelah akhirnya dia berhasil keluar walau sempat ditahan. Kini dia menjadi pengusaha salon & spa. Tak hanya itu, dia juga mengukir prestasi menjadi ‘bos’ sebuah MLM yang menjual produk kecantikan.

Dan masih banyak lagi contoh sukses dari teman-teman saya yang dahulu nekat keluar dari zona nyaman demi mengejar ‘passion’. Bagaimana dengan Anda?

Sudahkah karir yang Anda tekuni membahagiakan jiwa? Tak hanya sekedar membahagiakan lahir dengan materi berlimpah?

Tentu saja meski di awal banyak orang rela mati-matian mengejar ‘passion’ walau materi yang didapat tidak sebanding. Namun, seiring dengan waktu ‘passion’ yang ditekuni dengan sepenuh hati pasti akan berbuah manis.

Apakah Anda sudah siap meninggalkan zona nyaman demi ‘passion’? Ataukah Anda belum tahu apa ‘passion’ Anda? Kalau belum tahu, coba cari tahu sekarang juga sebelum Anda menyesal terlalu tua untuk menggeluti ‘passion’. Toh hidup untuk dinikmati bukan?

cita-citakarirkepuasan batinpassion
Comments (0)
Add Comment