Jakartakita.com – Perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini berdampak signifikan terhadap laju pertumbuhan industri properti Tanah Air.
Hal tersebut dapat terlihat dari terjadinya penurunan penyerapan pasar di segmen residential maupun retail.
Kepada Jakartakita.com, disebuah kesempatan acara di Jakarta, Luke Rowe, Head of Residential Jones Lang LaSalle Indonesia menyampaikan bahwa, tingkat penyerapan pasar hunian kondominium menurun cukup drastis pada triwulan II 2015 mencapai 1.400 unit, sedangkan total penyerapan pasar kondominium di triwulan I 2015 mencapai ±4.600 unit dan pasokan mendatang (hingga 2018) mencapai ± 60.000 unit.
Ia menilai, lambatnya penjualan selama triwulan II-2015 dikarenakan sikap wait and see para pembeli terkait kejelasan regulasi perpajakan .
“Namun sektor hunian vertical masih dianggap sebagai instrumen investasi yang menarik,” jelasnya.
Sementara itu, James Austen, Head of Retail JLL Indonesia menjelaskan, di triwulan II-2015 tingkat hunian ruang ritel mengalami penurunan 1% mencapai 91% dimana tidak mengalami perbedaan signifikan terhadap tingkat hunian triwulan I 2015 .
Menurutnya, turunnya tingkat hunian pada triwulan II-2015 dikarenakan masuknya pasokan baru di Jakarta Selatan dengan tingkat hunian yang masih rendah.
“Dengan kondisi ekonomi saat ini beberapa retailer mengambil sikap wait and see dan menangguhkan rencana ekspansi mereka. Disisi lain peritel asing masih melihat positif terhadap pasar ritel di Indonesia ditandai dengan beberapa outlet baru dibidang fast fashion dan F&B,” tuturnya.
Ditempat yang sama, Todd Lauchlan, Country Head JLL Indonesia, menyimpulkan bahwa walaupun kondisi saat ini properti mengalami perlambatan, namun para investor lokal maupun asing masih cukup positif melihat pasar properti di Indonesia.
“Hal ini ditandai dengan beberapa kerjasama yang terjadi antara investor asing dengan pengembang lokal baik di sub-sektor hunian, komersil, maupun industrial,” katanya.
Ia pun berharap, pasar properti akan membaik sejalan dengan perbaikan kondisi ekonomi.