(Seperti disampaikan oleh Dewi Rachmayani seorang pekerja media di Jakarta dalam akun Facebook-nya)
Siang ini, batalin orderan grabbike dari stasiun Palmerah – kantor, Pasalnya, di stasiun Palmerah ketemu kakek-kakek yang dengan sopan menyodorkan helm ke orang yang lalu lalang di trotoar.
Namanya Pak Soleh, 65 tahun. Sudah 10 tahun jadi tukang ojek, sebelumnya pedagang kaca di Pejompongan.
Setiap hari Pak Soleh bergerak dari rumahnya di Sawangan, Depok menuju stasiun Palmerah. Buat Pak Soleh, gak gampang dapetin penumpang, “Orang rata-rata pada takut kalo yg nyetirin udah tua kaya saya, neng”. Jadinya, rata-rata sehari Pak Soleh bawa pulang 60 ribu rupiah, hasil ngojek seharian. Ini dibawah pendapatan tukang ojek konvensional lainnya.
20 menit ngobrol ngalor-ngidul sepanjang perjalanan. Menjelang Mega Kuningan, gue tanya berapa ongkosnya. “Terserah. Seikhlas penumpang aja”. Gw desak untuk sebut angka, jawaban Pak Soleh “Kalo 20 ribu kemahalan nggak Neng?”
Di dompet, ada 170 ribu. 20 ribu gue simpen, selebihnya…rezeki Pak Soleh yang kebetulan nangkring dulu di dompet gue.
Mata Pak Soleh berkaca-kaca ketika rupiah berpindah. Gue pinta nomor hpnya dan langsung pamit, nggak mau ketauan kalo mata gue juga tiba-tiba kelilipan.
Malu, sudah banyak yang Tuhan kasih, tapi gue selalu meminta lebih. Mau mobil yangg lebih keren, mau tas yangg lebih banyak, dan lebih-lebih lainnya.
Barakallah ya Pak Soleh. Sekarang yang bakal saya cari di stasiun Palmerah Bapak, bukan ojek-ojek promo.
By the way, ini nomor Pak Soleh. Mungkin besok teman-teman ada yang butuh ojek sekitaran Palmerah 085775304525