Sesuai dengan janjinya, sebelum pernikahan diadakan, bang Bodong dan anak buahnya mulai menelusuri jejak si perampok misterius itu. Akhirnya setelah melakukan penyelidikan yang intensif, identitas perampok itupun terbongkar, Dialah Tirta, jawara dari kampung Karawang, yang dulu pernah tiga kali melamar Mirah namun selalu ditolak mentah-mentah.
“Kagak nyangka, ternyata perampok misterius itu Tirta”. Ujar Bang Bodong suatu kali di hadapan anak buahnya dan Asni.
“Tirta? Siapa dia Bang? Bang Bodong kenal?” Tanya Asni penasaran.
“Siapa yang kagak kenal sama Tirta, jawara Kampung Karawang yang dikenal tukang maen perempuan dan bengis”. Nada suara Bang Bodong terdengar marah.
Asni masih penasaran, “terus apa hubungannya sama Bang Bodong?”
“Dulu Tirta juga udah berkali-kali ngelamar Mirah anak gue, tapi selalu gagal. Selain karena die kalah jago sama Mirah. Mirah juga benci sama kelakuan bajingan tengik itu”. Asni pun manggut-manggut menyimak penjelasan Bang Bodong.
“Terus bagaimana kita jebak Tirta?” tanya Asni.
“Gue udah punya strategi. Kita harus buru-buru gelar pesta pernikahan lo sama anak gue Mirah”.
“Loh?” Asni tampak bingung.
“Iye…Gue tahu persis kalau Tirta itu cinte mati sama anak gue Mirah. Dan gue yakin, dia bakalan mendidih kalau dengar akhirnya Mirah menikah. Dan gue yakin Cuma dengan cara ini, kite bisa pancing Tirta keluar dari persembunyiannya”. Asni pun mendengarkan dengan seksama. Begitupun anak buah Bang Bodong yang lain.
“Nah elo Asni. Lo udah siap kawin kan?” tembak Bang Bodong. Asni pun cengar-cengir.
“Yah…sapa juga yang kagak mau dikawinin ama kembang desa Bang…”celetuk Boneng, anak buah Bang Bodong disambut tawa oleh anak buah lainnya.
Bang Bodong dan anak buah pun segera merancang pesta akbar untuk pernikahan anak semata wayangnya dengan Jawara dari Kemayoran. Tak hanya mempersiapkan pesta akbar, Bang Bodong dan anak buah pun sudah mempersiapkan strategi untuk meringkus Tirta yang diprediksi bakal mengacau di pesta Mirah kelak.
(bersambung)