Jakartakita.com – Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Destry Damayanti, baru-baru ini di Jakarta, mengungkapkan bahwa pertumbuhan kredit kedepannya masih berpotensi melebihi estimasi Bank Indonesia yang dikisaran 12% sampai 14%.
Bahkan, Destry meyakini pertumbuhan kredit di tahun depan berpotensi mengalami kenaikan sampai 15%. Hal ini didorong oleh pertumbuhan ekonomi tahun depan yang diprediksi berada di level 5,3% dan inflasi berada di level 4%.
Dijelaskan, potensi kenaikan kredit ini disebabkan karena program pembangunan infrastuktur Pemerintah. Selain itu, dengan Pemerintah menurunkan Giro Wajib Minimum beberapa waktu lalu, menunjukkan potensi penurunan suku bunga kredit perbankan semakin besar.
“Tambahan likuiditas Rp 18 triliun dari penurunan GWM beberapa waktu lalu juga diprediksi akan menambah kencangnya prediksi penyaluran kredit tahun depan,” jelasnya.
Ditambahkan, dari faktor perbankannya sendiri, tahun depan industri perbankan nasional diprediksi akan melakukan konsolidasi internal untuk melakukan efisinesi. Selain itu, perbankan akan melakukan diversifikasi penerimaan kepada pendapatan non bunga karena secara tren pendapatan bunga akan mengalami penurunan ke depannya.
Namun Destry mengingatkan, tahun depan, perbankan juga harus lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Hal ini karena diprediksi tahun depan masih ada potensi kenaikan kredit macet atau NPL.
“Secara umum pada tahun depan, ekonomi Indonesia masih dalam kondisi recovery. Sehingga perbankan harus jeli melihat sektor mana yang masih berpotensi untuk mengalami kenaikan NPL,” tandasnya.