Jakartakita.com – Masih ingat dengan seorang pengungsi Suriah yang menjual pena sambil membawa putrinya yang tertidur? Siapa sangka, dia sekarang menjadi seorang pengusaha sukses dengan menjalankan beberapa bisnis.
Entah siapa yang memotret, dua buah foto saat dia sedang menjajakan pulpen kepada para pengendara beroda empat, tersebar di berbagai media sosial, termasuk Twitter. Awalnya, foto tersebut beredar sebagai salah satu contoh kehidupan para pengungsi di kota Beirut. Sejak itulah, perlahan-lahan kehidupan al-Attar dan keluarganya berubah.
Dilansir dari media yang sama, kampanye tersebut bermula dari seorang jurnalis dan web developer asal Swedia, Gissur Simonarson. Mashable menulis, Simonarson kemudian membuat sebuah akun Twitter dengan nama @buy_pens. Bersama dengan Indiegogo, mereka melakukan kampanye dan berhasil mendapatkan banyak sumbangan untuk perbaikan kehidupan al-Attar dan keluarganya.
Dia memberikan sebagian uang sumbangannya sebesar $25.000 (Rp 347 juta) kepada keluarga, teman-temannya dan juga para pengungsi lain. Sisanya ia gunakan untuk menjalankan beberapa bisnis.
Pria berusia 33 tahun itu pun membuka toko roti dua bulan yang lalu, dan kemudian membuka toko kebab dan sebuah restoran kecil.
Atas usaha bisnis baru, Abdul telah mempu memindahkan keluarganya ke apartemen dua kamar tidur, di mana putrinya yang berumur 4 tahun, Reem, dan anaknya Abdullelah yang berusia 9 tahun kini dapat menikmati hidup yang lebih nyaman.
Reem mendapatkan mainan baru berupa ayunan dan satu set mainan alat daput. Dan Abdullelah kembali sekolah setelah 3 tahun vakum.
Meskipun sudah mendapatkan jumlah uang sangat besar, al-Attar tak menjadi sombong dan boros. “Saya harus berinvestasi, karena kalau tidak uang ini akan hilang begitu saja,” katanya dengan bijak kepada The Telegraph.