Jakartakita.com – Ada sembilan ramuan yang akan dijadikan “bumbu” untuk menggempur Lombok agar lebih terasa “pedas” sebagai Halal Destination, Halal Tourism, Family & Moslem Friendly.
Pertama, dari sisi destinasi menggarap lighting masjid-masjid dan icon Lombok Islamic Center, agar malam harinya tidak saja menyala terang, tetapi juga punya nilai artistik, arsitekturnya lebih indah, dan penuh pesona.
Orang bilang Lombok itu Kota Sejuta Masjid, banyak, besar-besar, bagus-bagus, tetapi lightingnya belum tergarap dengan sudut pandang sekolahan. Itu akan menambah atraksi Lombok,” kata Menpar Arief Yahya.
Malam hari di Lombok, akan menemukan sensasi baru yang khas, tidak ada di seluruh dunia, bahkan di Jazirah Arab sekalipun. Atraksi lampu yang menyorot sisi-sisi tampak luar masjid itu sendiri sudah akan heboh, jika dieksplorasi. “Contohnya Masjid Nabawi di Madinah, lightingnya memberi kesan megah, gagah, dimensinya detail, cantik, sarat dengan sentuhan seni.
Menara-menaranya, seperti menusuk langit dengan background gelap,” jelas Arief Yahya.
Kedua, Lombok sendiri harus punya bursa ketemu buyer dan seller dalam kemasan International Halal Travel Mart di 2016. Undang tour and travel dari Singapore, Malaysia, Arab Saudi, UAE, Qatar, Mesir, India, bekas Uni Soviet di Selatan, termasuk China yang juga punya penduduk muslem. “Singapore saja punya kok? Bursa pariwisata halal? Lombok juga harus punya,” ungkap Arief.
Ketiga, jadikan Ampenan sebagai kawasan café, restoran dan entertainment halal, di desain yang bagus, kelas menengah atas, dibuatkan jalur pedestrian buat berjalan kaki yang longgar, da nada pusat souvenir khas Lombok. Biar benchmarkingnya mudah, lihat saja apa yang dilakukan Malaysia dengan Bukit Bintang. Di kota, tempat minum kopi, mencicipi teh, minuman segar lain, makanan, snack, bakar-bakaran bernuansa Arab, apa saja ada di situ. “Dan, harus buka sampai jam 4 pagi, mengikuti ritme orang Arab, karena siang panas, mereka beraktivitas di malam hari,” kata Menpar Arief.
Mengapa Ampenan? Sebuah kecamatan Kota Mataram, NTB, pilihan untuk membangun sentra tempat nongkrong bule Arab dan wismus (wisatawan muslim)? Kawasan itu, penuh sejarah, dulunya pusat kota di Pulau Lombok, sebelum dipindahkan aktivitas perkotaannya di Mataram. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Lombok (antara Lombok dan Bali).
Ampenan adalah kota tua atau heritage, dulu pelabuhan utama Lombok. Ada Kampung Tionghoa, Kampung Bugis, Kampung Melayu, Kampung Banjar, Kampung Arab, Kampung Bali dan lainnya. Warganya heterogen, multikultur dan rukun.
Keempat, dia setuju untuk segera melobi Silk Air dan anak perusahaannya, Scoot Air yang beropersi di segmen LCC (low cost carrier). Juga melobi Air Asia, Jetstar, dan semua penerbangan yang memiliki LCC dan menggarap pasar ke Lombok BIL. Wapres Jusuf Kalla sudah menjanjikan untuk perpanjangan landasan hingga 3.200 meter di BIL, dan itu berarti akan ada TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) Masuk via BIL. “Maka aksesibilitas yang besar ini bisa didarati Boeing 777 berbadan lebar, dengan kapasitas angkut yang lebih banyak,” kata dia.
Kelima, Arief Yahya setuju 1000% dengan usulan Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi, soal signed atau papan petunjuk public yang berhuruf dan bahasa Arab. Sekaligus menempel stiker halal di banyak restoran, café, di tempat public, langsung bandara, mal, pantai, dan objek keramaian lainnya.
Kasidpar NTB Lalu Faozal langsung melaporkan, bahwa di Bandara, 18 café, resto dan lounge sudah ditempel label halal. “Perbanyak, termasuk resto di Hotel yang sejak dulu memang sudah halal,” kata dia.
Keenam, Festival Tambora Menyapa Dunia dan balap sepeda Tour de Sumbawa dilanjutkan tahun 2016. Kalau yang satu ini, harus konsisten, karena sudah menjadi agenda tahunan, dan Presiden Jokowi juga sudah hadir tahun 2015 ini.
“Branding event itu sudah tertanam, jadi tidak boleh putus, harus terus dikembangkan, dan ditambah kreasi barunya,” paparnya.
Ketujuh, lanjut Arief, dari sisi SDM dan Kelembagaan, programkan training bahasa Arab pada tour guide atau pramuwisata yang ada di Lombok. Ambil anak-anak dari Lombok, cari guru-gurunya juga pesantren-pesantren di NTB, yang dikenal mahir berbahasa Arab. Termasuk juga training bahasa Mandarin, karena turis China juga pasti akan lebih banyak lagi. “Pak Gubernur NTB saja lulusan Kairo dan pintar berbahasa Arab, pasti ada banyak yang bisa dididik dengan cepat,” kata dia.
Kedelapan, bangun, rawat, dan perbaiki destinasi di lereng gunung Rinjani atau tempat yang dingin, suasana hijau pepohonan, dan sering hujan. Turis Arab itu ingin melihat hujan, merasakan air turun dari langit, udara sejuk dan pemandangan hijau yang menyejukkan mata. Lombok banyak air terjun, di lereng bukit, yang harus ada salah satu yang terkuat dan bagus. “Termasuk semua fasilitas publiknya, seperti toilet, jalan, tangga, kebersihan, keamanan di sana,” paparnya.
Kesembilan, Arief Yahya setuju usulan terkait dengan SDM, agar para pramuwisata atau tour guide dibuatkan koperasi. Agar mereka bisa kompak, punya tanggung jawab, merasa memiliki dan menyadari bahwa sandaran hidupnya ada di pariwisata, maka di situlah harus dijadikan lahan yang sustainable.
“Tunjuk beberapa tokohnya, kirim ke Sanur, Bali, belajar komperasi di sana. Mandeh Sumatera Barat juga sudah belajar di sana. Bagaimana manajemen yang baik, tidak ada yang berantem antarbanjar,” kata Arief Yahya.
Sementara itu banyak testimoni optimistic, setelah dinobatkan dengan The Best Halal Destination Award 2015 dan The Best Halal Honeymoon Award 2015 di Abu Dhabi, UAE lalu.
Untungnya, pelaku bisnis dan industri pariwisata di Lombok tidak terjebak oleh pro kontra dan debat kusir yang tak berujung pangkal. Semua langsung focus, berjualan dengan branding baru “Halal Destination.”
Hasilnya? “Luar biasa pak, kami kewalahan. Wisman dari Arab itu tidak pelit, tidak irit, dan mau yang terbaik, kalau sungkan menyebut yang termahal. Saya sudah mengalami sendiri, karena itu saya arahkan ke hotel bintang lima yang paling mahal dan paling lengkap fasilitasnya di Senggigi. Kami pelaku bisnis pariwisata merasakan manfaat itu,” papar Hadi Faisal, pemilik hotel yang berada di dekat Bandara International Lombok (BIL) itu.
Selain itu? Menurut Hadi, mereka minta kalender kegiatan yang terkait dengan budaya muslim di Lombok.
“Khusus wisman muslim asal Singapore, mereka ingin melihat suasana seperti Idul Adha, mereka banyak yang berkorban di sini. Mereka ingin melihat suasana Ramadan, suasana hari besar 1 Muharram, Tahun Baru Islam, suasana maulud nabi, juga isra miraj. Mereka sulit merayakan bersama-sama di sana, hanya disediakan satu tempat yang sempit, dan tidak seperti di Indonesia, ada malam takbiran, ada keliling takbiran, ada tarawih di masjid, ada suara adzan 5 kali sehari,” katanya.
Menpar Arief Yahya menanggapi, permintaan itu secara alamiah sudah terjadi di Lombok dan juga di berbagai wilayah Indonesia yang lain. Mandeh Sumatera Barat misalnya, mereka juga punya banyak tradisi Halal yang amat kultural. Begitu pun di Nangroe Aceh Darussalam. Tiga kawasan itu memang diproyeksikan untuk memaksimalkan budaya halal. “Sekali lagi, Lombok, Mandeh Sumbar dan Aceh yang terus didorong menampilkan budaya halal-nya,” kata Arief Yahya.
Selain itu? Menurut Lalu Faozal Kadirpar NTT, wisatawan asal Arab dan sekitarnya, memiliki kebiasaan length of stay yang lebih lama. Bisa 10 hari, bisa 14 hari, bisa 1 bulan di luar negeri. Banyak hal yang tidak bisa mereka dapatkan selama berada di negerinya. “Mereka bertanya, kapan ada hujan di Lombok? Mereka ingin melihat air hujan. Mereka datang ke Lombok, tahunya dari penghargaan Best Halal Destination Award 2015 dan Best Halal Honeymoon Award 2015 itu,” kata Lalu.
Seperti diketahui, Asdep yang membawahi area Timur Tengah, Nia Niscaya memang rajin berpameran di Timur Tengah. Dari Arabic Travel Mart 2015 di Dubai, lalu dilanjutkan dengan pameran yang memperkenalkan industri pariwisata ke Jeddah, Riyath dan Dammam. Juga placement di media paling ternama di Arab, Aljazeera.
“Akhir 2015 ini kami juga melakukan FamTrip, familization trip, mengundang reporter, jurnalis, blogger, asal Arab dan mengajak jalan-jalan mengunjungi destinasi menarik di Lombok,” kata Nia Niscaya.
Menpar Arief Yahya berkali-kali menyebutkan, ini adalah timing yang tepat. Lombok mendapat momentum emas, kesempatan seperti ini belum tentu datang dua kali. Kalau tidak diambil, ya akan menyumblim hilang entah ke mana opportunity itu. Kalau diambil setengah-setengah, juga akan menjadi bola api yang menghantam diri kita sendiri. “Pilihannya hanya satu, ditempa terus, semampang masih membara, seperti pande besi membuat pisau, cangkul, dan sebangsanya,” kata Menpar Arief Yahya.
Tidak bisa ditawar lagi, oleh Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla, pariwisata sudah dijadikan salah dari prioritas pembangunan nasional, selain pangan, energi, dan maritime.
Lalu, Lombok Mandalika juga dimasukkan dalam 10 destinasi utama, selain Toba Sumut, Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Pulau Seribu Jakarta, Borobudur Jawa Tengah-Jogja, Bromo Jawa Timur, Mandalika Lombok, Labuan Bajo NTT, Wakatobi Sultra dan Morotai Malut. “Jadi Lombok ini betul-betul dapat momentum berkali-kali. Lombok harus lari lebih kencang,” jelasnya.
Mumpung juga, NTB memiliki Gubernur Muhammad Zainul Majdi yang masih muda dan concern di pengembangan pariwisata, sebagai prioritas di daerah. Lombok juara dunia di awarding halal, mengalahkan Malaysia, Singapore dan Thailand. “Ini benar-benar bertemu dengan momentum! Yuk, majukan pariwisata, majukan ekonomi daerah, majukan ekonomi bangsa,” ajak Menpar Arief Yahya.