Jakartakita.com – Baru-baru ini, Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit, melalui hasil risetnya, menyebutkan bahwa pasar properti di tahun 2016 akan kembali bangkit di tengah masih kurang kondusifnya ekonomi nasional.
Dalam laporan risetnya tersebut, bahkan disebutkan bahwa pasar properti di tahun 2016 tidak akan terpengaruh dengan gonjang-ganjing ekonomi saat ini, yang salah satunya diwarnai oleh kebijakan ekonomi Bank Sentral Amerika Serikat yang berencana menaikan suku bunga acuannya yakni Fed Rate.
“The Fed menaikkan suku bunga, paling akan membuat Rupiah misalnya menjadi Rp 14.000 per dolar AS, tapi tidak akan berdampak pada industri properti, terutama harga properti yang di bawah Rp 1 miliar,” ujar dia.
Panangian beralasan, pertumbuhan di sector properti bisa terjadi karena berbagai infrastruktur yang dibangun Pemerintah selama 2015, mulai bisa dirasakan hasilnya tahun 2016. Selain itu, berbagai stimulus ekonomi terkait industri properti pun bakal mulai bisa dirasakan dampaknya.
“Kebijakan pelonggaran kredit properti melalui LTV (Loan to Value) dari Bank Indonesia yang diumumkan pada Juli 2015, baru akan terasa di 2016,” kata dia.
Pelonggaran LTV yang dimaksud berupa penurunan batas uang muka yang wajib dibayarkan konsumen dalam pengajuan kredit dalam hal ini Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Rencananya, untuk kepemilikan rumah pertama, besaran LTV dinaikkan dari 80% menjadi 90% sehingga besaran uang muka atau down payment (DP) yang harus ditanggung konsumen turun dari sebelumnya sekitar 20%-30% menjadi hanya 10% saja.
Namun demikian, menurut Panangian, pertumbuhan tentu tidak terjadi di semua kelas harga properti yang ditawarkan. “Pasar properti di tahun 2016 akan lebih banyak bergerak di segmen menengah bawah,” tandasnya.