Jakartakita.com – Pemerintah telah memutuskan untuk menyuntik dana sebesar Rp 350 miliar di akhir 2015 melalui program Penyertaan Modal Negara (PMN). “Dengan sinergi BUMN, kami telah meningkatkan manajemen risiko dan memaksimalkan pengawasan internal,” kata Arham Sakir Torik, Direktur Utama PT Djakarta Lloyd di Jakarta, Senin (25/1/2016).
Arham mengakui, pada 2011, Djakarta Lloyd telah melakukan kesalahan dalam berinvestasi sehingga harus menanggung kerugian sebesar Rp 3 triliun. Bahkan Djakarta Lloyd sempat dianggap tak layak hidup oleh mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Namun, dengan digelontorkannya PMN oleh pemerintah, Arham optimis bisa memulai transformasi korporasi. Sehingga bisa berkembang menjadi perusahaan provider pelayanan logistik dan shipping line.
Tahun ini, lanjutnya, PT Djakarta Lloyd membutuhkan tujuh unit kapal untuk fokus pada restrukturasi finansial, investasi serta bersinergi dengan BUMN lain. “Perusahaan akan mulai melakukan ekspansi jaringan, memberikan pelayanan yang prima, dan restrukturisasi finansial di tahun 2017 nanti,”ungkapnya.
Selanjutnya, pada 2018, dengan penambahan 15 kapal, Arham optimis bisa membawa PT Djakarta Lloyd ke dalam aliansi global dengan membuka rute kontainer internasional, serta melakukan restrukturisasi keuangan.
Tidak sampai disitu, dengan optimis Arham menambahkan, pada 2019, PT Djakarta Lloyd bisa menjadi perusahaan kelas global dengan 18 kapal sehingga di 2020 dengan kapal yang berkembang sebanyak 20 kapal, PT Djakarta Lloyd sudah siap ‘go public’ atau IPO (Initial Public Offering).