Jakartakita.com – Beberapa hari belakangan, hujan dengan intensitas yang meningkat turun hampir setiap hari. Sinar matahari yang hangat pun terasa langka di musim penghujan. Oo, pantas saja, sebentar lagi Imlek! Makanya hujan jadi lebih sering mengguyur.
Bagi orang Tionghoa, mereka percaya hujan itu pembawa rejeki. Karena dengan turun hujan, tanah menjadi subur dan tidak kekeringan air.
Ada juga yang percaya turunnya hujan menjelang Imlek merupakan pertanda Dewa Hujan turun ke bumi untuk memberikan berkah.
Sebenarnya, tiap perayaan Imlek memang akan disertai dengan turun hujan. Karena Imlek selalu terjadi di saat musim hujan.
Dulu, para petani sangat bersyukur jika Imlek tiba. Itu berarti pertanda hujan akan turun.
Turunnya hujan bisa menyuburkan tanaman di bumi sehingga hasil panen menjadi berlimpah. Inilah yang dianggap berkah oleh para petani.
Nah, mitos tentang adanya Dewa Hujan yang turun ke bumi, merupakan sebuah legenda. Imlek memang selalu terjadi di musim hujan yang terjadi antara Bulan Januari dan Februari.
Jadi, bukan karena Imlek lalu jadi turun hujan, memang hari raya itu jatuh di saat musim hujan.
Imlek merupakan hari besar bagi mereka yang beragama Buddha Mahayana, Khong Hu Cu, dan Tao. Dalam acara keagamaan ini, para umat tersebut mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas datangnya berkah Musim Semi yang terjadi di belahan bumi utara, hal ini kemudian diwujudkan juga dengan lahirnya tahun baru.