Jakartakita.com – Institut Français d’Indonésie atau Institut Perancis di Indonesia (IFI) bekerja sama dengan Penerbit Gramedia Pustaka Utama menggelar diskusi sastra bertajuk “Lire C’est vivre: Eka Kurniawan dan Lelaki Harimau” yang berlangsung pada Kamis (25/2/2016) pukul 15.00 – 17.00 WIB. Diskusi dengan sastrawan muda kelahiran Tasikmalaya tahun 1975 itu dihadiri oleh berbagai kalangan dan memberikan pandangan baru tentang pemahaman sastra Indonesia dan sastra Perancis.
Novel “Lelaki Harimau” karya Eka telah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis dan dipublikasikan oleh penerbit Sabine Wespeiser dengan judul “L’Homme
Karya Eka lainnya pun sudah diterjemahkan ke bahasa lain, yaitu “Cantik Itu Luka” (2002) yang sudah diterjemahkan dalam 24 bahasa. Selain dua judul tersebut, Eka juga telah menulis novel “Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas” (2014), dan akan meluncurkan novel terbaru berjudul “O” (2016) bulan depan.
Eka, yang sedari kecil suka membaca karya Abdullah Harahap, menyelesaikan pendidikan di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada dengan skripsinya yang mengulas tentang karya-karya Pramoedya Ananta Toer. Dia juga sering dikenal sebagai “Penerus Pramoedya Ananta Toer” karena pada karyanya dia sangat mementingkan cara bercerita, bangunan utama fiksi yang ditulisnya menampilkan setting waktu, sejarah, dan sosial.
Di novel “Lelaki Harimau”, Eka menceritakan tentang unsur magis yang ada disekitarnya, seperti kisah temannya yang percaya bahwa dia baru saja mendapatkan kiriman harimau putih dari pamannya. Karyanya ini dipengaruhi dari mitos lama, semacam cerita rakyat dan fairytale.
Karya-karya Eka pun telah mendapat apresiasi dalam Frankfurt Book 2015. Secara khusus, Kepala Editor Sastra Penerbit Gramedia, Mirna Yulistianti, dalam sebuah kesempatan mengatakan “Publik sangat antusias dan apresiatif terhadap karya-karya penulis Indonesia saat di Frankfurt Book Fair (FBF) 2015. Karya-karya Eka mendapat liputan yang sangat spesial dan eksklusif saat di FBF,” tuturnya.
Hampir setiap hari Eka mendapat highlight di setiap acaranya. Profilnya dimuat di majalah Publishing Perspective, majalah FBF pada hari pertama, dan ia diundang oleh Presiden Direktur FBF untuk menjadi salah satu penulis bergengsi dalam Author’s Debate.
BBC Culture pun turut mengadakan talkshow bersama Eka. Penerbit Ostasien bersama Gramedia Pustaka Utama mengadakan diskusi buku Eka yang diterjemahkan ke bahasa Jerman. Komite Nasional mengadakan dua diskusi dengan Eka sebagai narasumber di Paviliun dan Stand Nasional. (Indah Purwati)