Jakartakita.com – Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Wianda Pusponegoro, mengungkapkan bahwa pihaknya bersama para mitra dalam negeri, sedang dalam proses penuntasan 8 proyek kapal tanker tipe GP dengan bobot mati 17.500 DWT (dead weight tonnage).
“Proyek tersebut bernilai total sekitar US$200 juta dan ditargetkan tuntas pada tahun 2016 ini,” kata Wianda, dalam siaran pers yang diterima Jakartakita.com, Minggu (28/2/2016).
Adapun kedelapan proyek tersebut meliputi; MT Parigi dan MT Pattimura oleh PT Angrek Hitam Shipyard, MT Panderman, MT Papandayan, dan MT Putri oleh PT Daya Radar Utama, serta MT Pasaman, MT Panjang, dan MT Pangrango oleh PT Multi Ocean Shipyard.
Lebih lanjut dijelaskan, Pertamina selalu memberikan tantangan kepada industri dalam negeri, baik dalam hal besaran kapal maupun standard kapal. Pertamina, kata dia, berkomitmen agar galangan kapal nasional bisa membangun kapal berstandar Internasional yang dapat diterima berlayar ke negara manapun di dunia.
Kapal tanker Pertamina juga dituntut untuk ramah lingkungan dan memiliki tingkat safety tinggi dan taat terhadap ketentuan-ketentuan Internasional lainnya.
“Seperti Daya Radar Utama (DRU), setelah sukses membangun MT Musi berbobot 3.500 DWT dengan panjang kapal 90 meter, terbesar yang pernah mereka buat saat itu, kami berikan lagi mereka tantangan membuat tiga kapal 17.500 DWT yang panjangnya 157 meter, lebar 28 meter dan tinggi 12 meter. Kami juga meminta DRU dan juga galangan kapal lain agar bisa membangun dengan kualitas yang sama dengan kapal produksi Korea Selatan. Dan terbukti berhasil sejauh ini,” tutur Wianda.
Saat ini, lanjut Wianda, kapal terbesar yang diproduksi galangan kapal nasional berukuran 30.000 DWT, yaitu MT Fastron yang dibangun oleh PT PAL. Kapal dengan ukuran sebesar itu dipercayakan pembangunannya oleh PT PAL, setelah sukses membangun kapal sekelas di bawahnya.
Pertamina juga menantang industri pendukung galangan kapal untuk lebih bisa berkembang sehingga kandungan lokal kapal dapat terus ditingkatkan. Saat ini, kandungan lokal untuk kapal-kapal tanker buatan dalam negeri umumnya sekitar 30-35%.
Business Development Director Daya Radar Utama, Steven Angga Prana mengakui, besarnya peran Pertamina untuk membangun kapasitas dan kemampuan galangan kapal dalam negeri. Kesuksesan membangun MT Musi pada 2012 memicu banyaknya order kapal-kapal besar dan modern kepada perusahaannya, termasuk KRI Bintuni milik TNI AL.
“Kami sangat mengapresiasi Pertamina yang berani memberikan order kepada galangan nasional. Semula kami hanya memproduksi kapal-kapal konvensional dan tidak high tech, dengan supervisi Pertamina yang telah berpengalaman membangun kapal di luar negeri, sekarang kami mampu dengan proses modern dan alat otomatis. Tanpa order Pertamina, galangan kapal mungkin tidur semua dan tidak ada transfer teknologi,” kata Steven.
Ditambahkan, untuk menyelesaikan kapal berukuran 17.500 DWT umumnya memerlukan waktu 24 bulan. Dengan tiga kapal yang diorder Pertamina, Daya Radar Utama mempekerjakan sekitar 1.500 orang tenaga kerja.
“Kami optimis dapat terus berkembang dan Daya Radar Utama yang memiliki luas lahan 40 ha dan garis pantai sekitar 600 meter, kedepannya akan mengembangkan galangan yang mampu membangun kapal tanker dengan kapasitas 100.000 DWT,” tandas Steven. (Edi Triyono)