Jakartakita.com – Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengungkapkan keputusan hasil rapat koordinasi antara Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Perhubungan, serta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tentang penggunaan jenis rel untuk Light Rail Transit (LRT). Yang digunakan adalah yang berukuran gauge atau rel berstandar internasional.
“Hasil rapat kita udah putuskan seluruh LRT di Jakarta memakai rel ukuran standar internasional. Untuk yang di dalam Jakarta akan dibangun oleh DKI, sedangkan untuk yang di luar jakarta akan dibangun oleh Kemenhub,” ucap Ahok, di Kantor Kemenko Perekonomian, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Kamis (24/3/2016).
Dijelaskan, untuk pembangunan LRT, akan ditargetkan dimulai tahun 2016 ini. Namun perlu adanya revisi Peraturan Presiden karena adanya perbedaan untuk masalah pengadaan barang dari BUMN atau BUMD.
Ahok juga mengungkapkan, hasil keputusan rapat perencanaan pembangunan LRT akan memakai rel standar internasional dengan kabel di bawah, seperti yang sudah dipakai oleh beberapa negara, seperti di Manila, Jepang, Singapura, Bangkok, dan Kuala Lumpur.
“Tadi saya berpikir kalau bangun rel yang sempit, tapi pakai kabel di atas ternyata ‘kan ada jalan layang. Akhirnya kami putuskan pakai yang listriknya di bawah,” katanya.
Nantinya, PT Jakpro yang sudah siap dengan anggaran dana Rp 4 triliun, akan join dengan PT Wijaya Karya dengan anggaran Rp 1 triliun, sedangkan dengan PT Adikarya dan PT Waskita masih belum diketahui anggaran yang akan dikeluarkan. Nantinya, anggaran diambil dari APBD DKI 2016 dengan memberikan penyertaan modal pemerintah (PMP) kepada PT Jakpro.
Ahok berharap, revisi Pepres akan cepat, sehingga menargetkan akan groundbreaking pada bulan April 2016 dan kemudian akan mencapai target pembangunan fase 1 untuk Asian Games 2018 dengan anggaran dana sekitar Rp5,1 triliun.
“Proyek LRT ini nantinya akan menjadi 9 koridor dengan target akan rampung semuanya pada tahun 2020 mendatang,” tandasnya. (Agivonia Vidyandini)