Jakartakita.com – Geospace akan menampilkan sekitar 100 karya seniman dan desainer muda Indonesia di berbagai event. Seratus karya yang dipamerkan dan dijual Geospace merupakan hasil kurasi tim Studio Geometry, penerbit independen yang berfokus pada budaya kreatif selaku inisiator Geospace.
“Geospace merupakan wadah bagi insan kreatif muda Indonesia yang dibentuk untuk mempromosikan mereka ke publik yang lebih luas. Kami mengumpulkan individu kreatif dalam bidang seni, desain, musik, film, sastra, fotografi, dan lainnya yang terkait. Wadah ini diejawantahkan ke dalam bentuk pop-up exhibition and store,” ungkap Primo Rizky, Publisher dari Studio Geometry, dalam keterangan yang disebar kepada media Kamis (31/3/2016).
Dalam edisi perdana, Geospace membawa lebih dari 20 insan kreatif yang terdiri dari seniman visual, ilustrator, desainer grafis, mode, dan produk, fotografer, musisi, serta sastrawan muda di antaranya Resatio, Ruth Marbun, Jordan Marzuki, Naela Ali, Ayu Larasati, Astrid Prasetianti, Fika Julia, Rain Chudori, Gema Semesta, Ariel Victor, Citra Marina, Dwel Pottery, Derau, Purana, The Murmur House, Rally The Troops, Future of the Past, Srou Studio, Batik Fractal, Helat Tubruk, dan Kolibri Rekords.
Karya yang dipamerkan dan dijual dalam Geospace antara lain buku seni kolase “Visual Thief” karya Resatio, art prints dari ilustrasi cat air karya Ruth Marbun, buku cerita non-linear “Into The Unknown” karya Jordan Marzuki, pengeras suara keramik karya Dwel Pottery, dan produk batik yang dibuat dengan rumus matematika karya Batik Fractal.
Geospace akan digelar berkala di tempat berbeda dengan tema beragam. Untuk penyelenggaraan pertama, Geospace hadir di Singapore Art Book Fair 2016 yang diadakan di ArtScience Museum Marina Bay Sands, Singapore, pada 15-17 April 2016.
Singapore Art Book Fair merupakan ajang pameran tahunan khusus bagi buku, zine, dan karya seni kontemporer. Pertama kali dimulai pada 2013 sebagai kolaborasi toko buku independen BooksActually dan konsultan kreatif HJGHER, Singapore Art Book Fair telah berkembang menjadi ajang pameran buku yang cukup diperhitungkan di Asia Tenggara.
“Pada tahun ketiga Singapore Art Book Fair, kami merasa perlu merepresentasikan dunia kreatif dan desain secara lebih luas. Kami mengundang Studio Geometry dengan konsep Geospace yang dimiliki untuk menambah keberagaman dunia desain Asia Tenggara. Meski tergolong baru, kami berharap publik internasional terutama Singapura dapat belajar banyak dari apa yang ditawarkan Geospace,” jelas Qingyi Kiu, perwakilan dari Singapore Art Book Fair.
Beberapa seniman yang berpartisipasi menyambut baik kehadiran Geospace. Salah satunya Ruth Marbun. “Seniman independen membutuhkan perpanjangan tangan, terutama di luar proses berkarya. Dengan hadirnya Geospace sebagai platform yang merepresentasikan karya-karya dari insan seni tanpa ‘payung’ ini, dan membantu dari segi komersil, akan membuka kesempatan baru untuk dapat melihat dan dilihat oleh dunia,” ungkap seniman visual yang akrab disapa Utay ini.
Seniman lainnya, Resatio menambahkan, “Kehadiran Geospace untuk membantu mempromosikan seniman, ilustrator, dan desainer grafis muda Indonesia menjadi langkah yang sangat baik bagi industri. Selain dapat memamerkan karya secara pribadi, Geospace juga menjadi jendela kecil bagi dunia untuk dapat melihat perkembangan budaya kreatif Indonesia.”