Jakartakita.com – Revisi Daftar Negatif Investasi (DNI) yang dilakukan pemerintah pada Februari 2016 lalu, membawa perubahan penting bagi industri e-commerce Indonesia.
Revisi tersebut menyebutkan bahwa investor asing bisa mendapatkan kepemilikan atas e-commerce lokal hingga 100 persen.
Para pemain e-commerce lokal pun menyambut baik masuknya investor asing akibat dari revisi DNI di atas.
“Masuknya investor asing ke dalam industri e-commerce kita, jangan dianggap sebagai ancaman tapi harus dilihat sebagai kesempatan untuk mendapatkan manfaat. Dari sisi ilmu atau know-how, kita bisa belajar banyak dari para investor asing ini,” ujar Budi Gandasoebrata, Direktur Veritrans, dalam siaran pers yang diterima Jakartakita.com, Jumat (22/4/2016).
Asal tahu saja, Veritrans merupakan payment gateway yang mendukung e-commerce di Indonesia dalam menerima pembayaran dari pelanggan dengan mudah dan aman.
Lebih lanjut, Budi menjelaskan bahwa, industri e-commerce di Indonesia masih memerlukan investasi asing karena selain mampu mendukung pemain lokal, kehadiran mereka juga bisa membuka jalan bagi pemain lokal untuk lebih dikenal oleh pemain global yang kaya akan pengalaman.
Ia menilai, hadirnya investor asing jangan dilihat dari masuknya investasi dalam bentuk uang semata tetapi lebih jauh dari itu, pengetahuan dan wawasan mereka juga harus diserap.
Budi mengambil contoh salah satu e-commerce lokal yang mendapatkan investasi private equity dari investor Amerika Serikat.
“E-commerce tersebut mendapat modal dalam bentuk uang serta mendapat jaringan ke para engineer private equity tersebut. Investor asing tersebut biasanya memiliki in-house engineer, jadi e-commerce kita bisa berkonsultasi langsung dengan para engineer di Amerika. Ini salah satu keuntungan besar yang bisa didapatkan pemain lokal apabila mendapatkan investor asing,” jelas Budi.
Lebih lanjut dijelaskan, bisnis e-commerce tidak mengenal batasan wilayah lagi, atau borderless. Dengan Internet, para pemain e-commerce Indonesa tidak hanya terhubung dengan seluruh orang di Indonesia tetapi juga di Asia bahkan dunia. Tersedianya sarana untuk berkomunikasi langsung dengan pemain yang berpengalaman akan membuat e-commerce lokal semakin mampu bersaing dengan pemain global.
Meskipun demikian, diakuinya, di Indonesia sudah hadir beberapa investor lokal yang mampu memberi bantuan permodalan bagi e-commerce lokal. Tetapi investor lokal biasanya masih di tahap awal atau masih di level C dan belum sebesar investor asing.
Belum banyak investor lokal yang bisa memberi bantuan konsultasi untuk masalah engineering, SDM, aspek legal, atau keuangan.
“Investor di Indonesia yang bisa memberikan konsultasi di bidang-bidang tersebut belum begitu banyak. Jadi yang dicari dari investor asing memang bukan uangnya, tetapi apa yang mereka bisa berikan ke e-commerce local,” jelasnya lagi.
Oleh sebab itu, lanjut Budi, investor asing hanyalah jalan untuk membantu membesarkan e-commerce lokal. Contoh paling jelas, menurut Budi, adalah Jack Ma dengan Alibaba-nya yang begitu mendominasi di China.
“Dibalik kesuksesan itu, sebenarnya ada peran South Bank Japan dan Yahoo dari Amerika,” ujarnya.
Ia sangat percaya, kedepannya e-commerce lokal yang akan menjadi pemain paling berpengaruh di Indonesia. Rasa optimisnya terhadap keunggulan pemain lokal didasarkan pada tingkat pengetahuan pemain lokal terhadap perilaku masyarakat di sekitarnya, budaya yang hidup, kebiasaan, serta kemampuan untuk memahami tuntutan dan kebutuhan pasar lokal.
“Dengan begitu, yang diberikan oleh investor asing adalah sekadar ilmu atau know-how dari sisi manajemen teknologi namun hal-hal terkait keperluan dan kebutuhan bisnis di negara asal serta solusi apa yang bisa dijual merupakan hal yang tidak bisa ditawarkan oleh pemain asing,” pungkasnya.