Mengulik Sejarah Gedung Museum Arsip Nasional

Foto: Jakartakita.com/Daniel Weldy

Jakartakita.com – Obyek wisata di Jakarta Barat didominasi oleh museum dan wisata sejarah, mungkin terdengar membosankan. Namun jangan salah, banyak hal-hal menarik yang bisa anda dapatkan di museum, selain itu juga bisa menambah pengetahuan anda tentang sejarah bangsa Indonesia.

foto: Jakartakita.com/Daniel Weldy

Salah satu obyek wisata sejarah yang patut Anda kunjungi di Jakarta Barat adalah Gedung Museum Arsip Nasional. Pada awalnya, gedung yang digunakan sebagai Museum Arsip Nasional adalah bekas tempat tinggal gubernur jenderal VOC Reiner de Klerk yang dibangun pada abad 18 atau sekitar tahun 1750. Gedung tersebut dibangun dengan di kelilingi parit yang dalam guna mempertahankan kota Batavia terhadap serangan dari Banten atau Mataram.

foto: Jakartakita.com/Daniel Weldy

Antara 1777 dan 1780, rumah Reinier de Klerk digunakan sebagai kediaman resmi pejabat tinggi kolonial. Setelah de Klerk meninggal (1780), rumah ini dibeli Johannes Sieberg. Ia kemudian menjadi gubernur jenderal (1801-1805) dan tinggal di gedung ini selama masa pemerintahan Prancis dan Inggris.

foto: Jakartakita.com/Daniel Weldy

Kemudian gedung ini kembali berpindah tangan kepada Jahoede Leip Jewgiel Igel, seorang Yahudi yang berasal dari Polandia. Yahudi ini juga membeli rumah mewah dan besar di Pondok Gede, Jakarta Timur. Rumah ini dibongkar pada 1992 dan di atas lahannya kemudian didirikan mal/pertokoan. Seperti juga de Klerk, Yahudi ini mempunyai empat anak dari hasil perzinahan dengan budaknya.

Pada tahun 1925 bangunan tersebut kembali direstorasi dan digunakan sebagai kantor Landsarchief Building. Ketika Indonesia merdeka bangunan ini tetap digunakan sebagai Kantor Arsip Nasional. Bangunan Arsip Nasional yang berbentuk U dengan ketinggian dua lantai dihubungkan dengan bangunan tambahan di belakangnya, dan balkon dengan ketinggian dua lantai ditutup dengan dinding dan jendela. Sejak saat itu bangunan tersebut dinamakan Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia. Baru pada pertengahan tahun 1980 semua arsip dipindahkan ke bangunan yang lebih baru di selatan kota Jakarta.

foto: Jakartakita.com/Daniel Weldy

Seperti halnya bangunan Arsip Nasional bangunan-bangunan lain di kawasan ini juga mempunyai area yang luas, dengan halaman depan yang luas, bangunan yang ada di kawasan tersebut juga besar dan luas dilengkapi dengan courtyard atau kebun di halaman belakang. Luas tanah Arsip Nasional sekarang ini mempunyai lebar 57 M dan panjang 164 M, tetapi dulu tanah yang dimilikinya lebih luas batasnya sampai ke sungai Krukut.

Bangunan Arsip Nasional berbentuk U dengan bangunan tambahan di bagian belakangnya.Bangunan utama berlantai 2, dibangun dengan bata merah dengan atap yang tinggi. Denah bangunannya mencerminkan denah rumah yang besar dan klasik dengan aksis utama barat-timur dan aksis kedua utara-selatan. Lantai dasarnya luas. Pintu utamanya tinggi dihiasi lubang ventilasi yang indah di atasnya. Di lantai inilah Gubernur Jendral biasa menerima tamu-tamunya. Di lantai ini terdapat satu tangga kecil yang menuju ke lantai pertama, yaitu tempat yang lebih privat.

foto: Jakartakita.com/Daniel Weldy

Bangunan di samping bangunan utama digunakan sebagai kantor administrasi yang mengelola bisnis pribadi gubernur jendral. Sementara ada bangunan tambahan yang lebih tinggi yang dulu digunakan sebagai rumah budak dan sebagai tempat penyimpanan barang.

Saat ini, Museum Arsip Nasional dikelola oleh yayasan dan berlokasi di Jalan Gajah Mada Jakarta Barat. Museum ini dikelilingi oleh taman penuh bunga yang dijadikan masyarakat sekitar sebagai sarana umum. (Berbagai sumber)

De KlerkGedung Museum Arsip NasionalgundikJahoede Lip Jewgiel IgelJakarta BaratJohannes Siebergpenjajahan BelandaReiner De KlerkVOC
Comments (0)
Add Comment