Jakartakita.com – Bagi kebanyakan kita, masakan Italia adalah masakan Italia. Masakan Jepang adalah Masakan Jepang. Kalau di Indonesia, ada masakan Jawa, masakan Sunda, masakan Padang, dan lain-lain, yang menyebutkan ragam kuliner berdasar garis kesukuan tersebut.
Namun demikian, di era sekarang ini, dimana globalisasi telah meresap ke setiap sendi kehidupan, kekhasan dan rupa masakan pun menjadi kian beragam dan kaya rasa.
Inovasi dan kreatifitas para Chef dibalik dapur menjadi kunci dari keberagaman kuliner/masakan saat ini.
Seperti yang dihadirkan cafe Slice of Heaven yang berlokasi di Grand Indonesia, West Mall, Lantai 5. Persisnya di sebelah Q-Biliard. Cafe ini menawarkan konsep masakan Japanesse dan Italia.
“Antara satu makanan di beri gimmick antara Japanese dan Italia,” kata Sapto Surawan, Chef dari Slice of Heaven kepada Jakartakita.com, baru-baru ini.
Sapto bahkan mengklaim Slice of Heaven menjadi satu-satunya cafe di Jakarta yang berkonsep perpaduan masakan Jepang dan Italia.
“Kita mungkin merupakan satu-satunya resto di Jakarta yang menawarkan konsep ini,” jelasnya lagi.
Menurut Sapto, para pengunjung yang kebanyakan adalah muda-mudi, biasanya memesan menu pembuka berupa Pasta. Walaupun diakuinya, selain Pasta, yang menjadi andalan di cafe ini adalah Spaghetti Mentaiko, Tuna & Edamame Pizza, dan Gyutan Don – berupa slice beef tounge with Japanesse rice & donburi souce.
Banyak juga peminatnya adalah Gyutan Fried Rice atau Nasi Goreng Babi dan Omurice Katsu Curry serta Mac & Cheese. Sebagai menu penutup, biasanya banyak pengunjung memesan Original Honey Bread, oven toasted bread with honey, ice cream & blueberry sauce.
“Kita juga ada menu baru yang cukup bagus demand-nya, yakni Beef Teriyaki dan Spicy Mayo Salmon,” sambung Sapto.
Lebih lanjut dijelaskan, memadukan dua jenis masakan yang sudah memiliki cita rasa sendiri (masakan Italia dan Jepang – Red), merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi timnya. Belum lagi soal kelangkaan dari bahan bakunya. Maklum, sebagian bahan baku ada yang di import langsung dari Jepang.
“Contohnya saja dari bahan baku beras. Beda merek saja bisa beda rasa. Dan di resto ini sangat mengutamakan kualitas. Belum lagi kita harus kreatif mencari cara untuk menyatukan perpaduan antara keistimewaan rasa masakan Japanesse dan Italia. MIsalnya rasa asin, datar atau yang gurih,” papar Sapto.
Untuk memanjakan pelanggan, proses makanan pun dibuat cepat saji. “Paling lama 10 menit setelah pelanggan melakukan orderan atau pesanan. Tergantung menunya juga,” ujarnya.
Selain itu, di cafe yang jam operasionalnya mengikuti operasional mall ini, pengunjung dapat menikmati suasana santai sambil menonton TV dan mendengarkan musik.
“Di sini suasananya cozy dan dikondisikan nyaman. Selain menikmati kuliner, pengunjung juga bisa main biliar, mendengarkan musik atau karaoke. Buka mulai pukul 10 sampai 10 malam. Kecuali saat weekend kita baru tutup sekira pukul 11 malam,” tandas dia.