Dibawah sinar matahari yang terik dan debu jalanan yang bertebaran, terdengar begitu nyaring suara peluit yang berasal dari seseorang bertubuh mini yang tingginya tak sampai satu meter. Berada di antara selipan kendaraan yang melintang di persimpangan jalan, membuat dirinya hampir tak kelihatan. Tetapi, wajah yang penuh semangat sudah terpampang dari kejauhan, mengatur kendaraan yang berlalu-lalang.
Bapak Jumadi, seorang kakek yang diciptakan Tuhan dalam kondisi tubuh yang kurang sempurna. Bapak yang memiliki tinggi tubuh tak sampai satu meter ini berprofesi sebagai pengatur lalu lintas atau lebih dikenal dengan istilah “Pak Ogah” di perempatan Jalan Raya Cijantung, Jakarta Timur. Yang menarik dari Bapak Jumadi selain tubuh mungilnya, beliau juga sangat semangat dan aktif saat mengatur lalu lintas, terlihat dari gerakan-gerakan tubuhnya yang sangat menarik perhatian banyak orang.
Bapak Jumadi hampir menginjak usia 65 tahun tetapi tetap bekerja keras untuk menghidupi istri dan kedua anaknya. Setiap harinya dari jam 7 pagi, beliau sudah berada di perempatan Cijantung mengatur lalu lintas yang padat, walau dengan keterbatasan tetapi Bapak Jumadi tetap mengupayakan agar jalanan menjadi lancar.
Pakaian khas Bapak Jumadi sudah dikenal oleh masyarakat sekitar. Dengan celana jeans kecil dan rompi hijau neon seperti rompi para polisi, dipakainya saat mengatur jalan. Meskipun memiliki kekurangan, “Pak Ogah” yang berasal dari Demak, Jawa Tengah ini tetap gigih dalam mencari rezeki yang halal, karena beliau juga menyadari bahwa dengan kondisi tubuhnya yang seperti sekarang ini, beliau tak mudah dalam mencari pekerjaan seperti orang-orang pada umumnya.
Lembar demi lembar dua ribuan dan recehan yang terkumpul dari pagi dihitungnya sembari istirahat saat jalanan terlihat lancar. Penghasilan yang didapat dari profesinya sekarang ini tidak menetap setiap harinya. Beliau menyatakan “tergantung juga, kadang dapetnya kecil, kadang kalau banyak yang kasih bisa sampai dua ratuslah… buat makan sekeluarga dicukup-cukupin lah.” Beliau yang tinggal di daerah Gebang, Pasar Rebo, Jakarta Timur ini merupakan satu-satunya tulang punggung keluarga, jadi beliau tetap semangat bekerja karena semua dilakukan demi keluarga tercinta.
Warga yang sudah mengenal sosok Bapak Jumadi ini pun merasa bahwa beliau merupakan sosok yang tegar dan selalu semangat. Kekurangannya bukanlah menjadi hal yang negatif, dapat dilihat dari kekurangannya pun beliau tetap gigih bekerja. Tidak dilihat dari kecilnya fisik, tetapi terlihat dari kebesaran hati. Menurut beliau persimpangan itu sudah seperti rumah keduanya. Walaupun tak jarang beliau kena ocehan para pengendara, tetapi dari ocehan tersebut, beliau justru semakin kuat dan semangat menjalani pekerjaannya.
Dari sosok Bapak Jumadi ini, semua dapat mengambil nilai kehidupan, bahwa setiap manusia harus selalu bersyukur dengan kondisi fisik seperti apapun yang diberikan Tuhan. Dan jangan mudah berputus asa, karena dalam kondisi seperti apapun, dengan tekad yang kuat dan semangat, pasti selalu ada jalan bagi hidup ini.
(Disclaimer: Rubrik “Jakarta Kita” adalah kumpulan artikel non formal yang lebih bersifat opini atau fiksi bukan bagian dari berita resmi jakartakita.com)