Jakartakita.com – Tahun ini dunia keamanan siber akan diwarnai dengan maraknya pemerasan melalui online dengan memanfaatkan ransomware.
Meskipun demikian, industri keamanan sendiri tak henti-hentinya melakukan beragam upaya untuk menelurkan strategi-strategi dan solusi-solusi baru dalam rangka memeranginya.
Namun di sisi lain, kurang teredukasinya masyarakat dan perusahaan akan ancaman ransomware serta langkah-langkah pencegahannya, menjadikan mereka sebagai pihak-pihak yang rentan terhadap ancaman malware yang dampaknya tidak saja dapat menghancurkan file-file penting milik mereka. Namun lebih jauh lagi, memiliki potensi yang mengakibatkan kerugian finansial yang tidak kecil.
Demikian diungkapkan Dhanya Thakkar, Managing Director and VP, Asia Pacific at Trend Micro di acara pembukaan kantor barunya di Jakarta, Rabu (25/5/2016).
“Hal yang lebih mencengangkan lagi adalah fakta bahwa tak sedikit perusahaan yang lebih rela untuk membayar tebusan bila ternyata di kemudian hari data mereka berhasil dirampas dan digunakan untuk memeras mereka, alih-alih memperkokoh strategi pencegahan dini dari ancaman kejahatan siber,” jelas Dhanya.
Menurutnya, menerapkan solusi keamanan berlapis yang tepat, merupakan salah satu langkah yang manjur untuk menghindarkan, serta mencegah diri agar tidak menjadi korban dan mengalami kerugian lebih lanjut, selain tentunya melakukan tindakan-tindakan mitigasi risiko yang lainya.
“Untuk menanggulangi kejahatan siber dalam upaya mereka menerobos ke sistem perusahaan, dan dalam rangka membabat epidemi ransomware serta upaya pemerasan siber, setiap organisasi dan masing-masing individu, dituntut untuk selalu sigap dan membekali diri juga karyawan mereka dengan wawasan yang lengkap terkait keamanan dan perilaku menggunakan Internet yang aman,” tandasnya.