Jakartakita.com – Hasil referendum masyarakat Inggris yang menyatakan melepaskan diri dari Uni Eropa atau dikenal dengan istilah brexit (Britisth Exit) menjadi perhatian dunia dalam beberapa pekan terakhir.
Adapun kemelut brexit sendiri, sedikit banyak diprediksi memengaruhi pasar obligasi dalam negeri, dalam jangka pendek.
Demikian dikemukakan Head of Research NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada baru-baru ini, di Jakarta.
Menurutnya, sentimen brexit juga turut memerahkan laju pasar obligasi. Apalagi dengan berbalik melemahnya laju rupiah yang dibarengi dengan melemahnya sejumlah obligasi global, juga turut menambah sentimen negatif sehingga memicu aksi jual.
“Ditambah lagi, dengan panik berlebihan dari pelaku pasar kian membuat laju pasar obligasi makin tertekan dalam,” ujarnya.
Masih adanya sengatan sentimen negatif membuat pelaku pasar cenderung menjauhi pasar sementara waktu. Pergerakan yield untuk masing-masing tenor ialah untuk pendek (1-4 tahun) rata-rata mengalami kenaikan yield 9,41 bps; tenor menengah (5-7 tahun) naik sebesar 9,09 bps; dan panjang (8-30 tahun) naik 6,88 bps.
Reza juga mengatakan, pasar keuangan Indonesia sudah pasti juga terkena dampak brexit. Pada penutupan Jumat (24/6) lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 39,74 poin atau 0,82 persen ke posisi 4.834,57. Nilai tukar rupiah juga melorot. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, perdagangan rupiah ditutup melemah ke level Rp 13.296 per dollar AS dari sehari sebelumnya di posisi 13.265 per dollar AS.
Meski laju rupiah masih melanjutkan pelemahannya, namun laju pasar obligasi mulai berangsur membaik, meski terbatas. Pelaku pasar mencoba memanfaatkan pelemahan sebelumnya untuk kembali masuk, terutama untuk obligasi dengan tenor yang lebih pendek untuk menyikapi masih maraknya ketidakpastian.
Lebih lanjut, Reza memprediksi, laju pasar obligasi masih akan cenderung variatif, meski diharapkan akan adanya penguatan yang didukung mulai adanya aksi beli dengan memanfaatkan pelemahan sebelumnya.
Kendati demikian, sambungnya, kondisi ini masih membutuhkan konfirmasi lebih lanjut untuk mendukung pembalikan arah naik.
“Diharapkan rilis data-data pekan depan dapat lebih positif sehingga dapat mengimbangi sentimen dari brexit. Kemungkinan laju harga obligasi dapat bergerak dengan rentang pergerakan di kisaran ±2 hingga 10 bps,” tandasnya. (Heri Supriyatna)