Malala, yang saat ini berusia 18 tahun, merupakan pemenang termuda hadiah Nobel perdamaian. Ia dikenal di berbagai belahan dunia setelah menunjukkan dirinya bermental baja setelah menghadapi upaya pembunuhan terhadapnya di sebuah bus sekolah di lembah Swat Pakistan pada Oktober 2012. Setelah mengalami serangan, ia ketika itu langsung dibawa ke Inggris dan mendapatkan perawatan medis di negara itu, yang menjadi tempatnya tinggal sekarang.
Malala terus memperjuangkan hak-hak anak-anak perempuan dan mendapat begitu banyak permintaan untuk tampil berbicara di berbagai negara. Untuk menjadi pembicara pada satu acara, ia mendapat imbalan sebesar US$ 152.000, atau sekitar Rp 1,9 miliar, menurut Institute for Policy Studies. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan yang diterima Desmond Tutu, yaitu US$ 85.000, atau sekitar Rp 1,1 miliar, kata laporan lembaga yang berpusat di Amerika Serikat itu.
Buku berisi pengalaman Malala, berjudul “I Am Malala” (“Saya Malala”), diterbitkan pada 2013 dan di Inggris sudah terjual sebanyak 287.170 eksemplar, dengan nilai hasil penjualan sebesar 2,2 juta pound sterling, atau sekitar Rp 38,8 miliar. Di luar negeri, penjualan buku tersebut mencapai 1,8 juta eksemplar, menurut juru bicara Nielsen Book Research.
Malala telah membentuk suatu lembaga amal, yang dinamai Malala Fund, untuk membantu proyek-proyek pendidikan remaja putri di negara-negara berkembang. Keluarga Malala pada 2013 mendirikan sebuah perusahaan, Salarzai, Ltd untuk melindungi hak-hak menyangkut cerita kehidupan Malala.
Salarzai Ltd, yang berpusat di London dan dimiliki oleh ayah Malala, Ziauddin Yousafzai, dan ibu Malala, Toor Pekai, bernilai 1,87 juta pound, atau sekitar Rp 33 miliar, pada Agustus 2015. Nilai itu merupakan peningkatan sebesar 65 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Sejak buku Malala terbit, Malala dan keluarganya sudah menyumbangkan lebih dari US$ 1 juta, atau sekitar Rp 17,6 miliar, ke lembaga-lembaga amal, sebagian besar untuk proyek-proyek yang memusatkan kegiatan pada pendidikan di seluruh dunia, termasuk Pakistan,” kata keluarga Yousafzai dalam pernyataan melalui surat elektronik kepada Thomson Reuters Foundation.
Sebelumnya pada tahun ini, Malala mendesak para pemimpin dunia pada sebuah konferensi di London untuk menggalang dana sebesar US$ 1,4 miliar, atau sekitar Rp 18,4 triliun, guna memberi jalan bagi anak-anak pengungsi Suriah untuk mendapatkan pendidikan.