Jakartakita.com – Target utama dari Leicester City di musim 2016-17 adalah untuk menghindar dari terdegradasi di akhir musim. Demikian dinyatakan pelatih Leicester Claudio Ranieri.
Musim lalu Leicester secara luar biasa bisa memenangi gelar juara Liga Inggris, menyelesaikan musim dengan keunggulan 10 10 poin dari pesaing terdekat mereka, Arsenal. Leicester menjungkirbalikkan pasar taruhan yang menempatkan mereka dengan peluang 5.000 banding 1 bisa menjadi juara pada awal musim.
Namun Ranieri mengatakan bahwa untuk musim 2016-17 semakin sulit untuk bisa meraih gelar juara. Sehingga, target paling utama adalah bertahan di kasta tertinggi sepakbola Inggris, lalu setelah itu tercapai baru memikirkan target lebih tinggi.
“Konsep fundamentalnya dimulai dari goresan. Kita telah memenangi gelar dan itu sangat indah dan menakjubkan, itu mungkin pencapaian yang tidak dapat diulang, tetapi kita sekarang akan membuka lembaran baru,” Ranieri mengatakan kepada La Gazzetta dello Sport, seperti dilansir ESPN Soccer, Senin (18/7/2016).
“Jika saat dimulainya musim lalu para bandar taruhan berwenang memberi kami peluang 5.000 banding satu menjadi juara, maka sekarang kami akan memulai dari 6.000 banding satu. Tujuan kami dalam memulai musim ini adalah meraih 40 poin dan tetap berada di Divisi Utama,” kata Ranieri.
“Setelah meraih target tersebut, kami dapat meningkatkan lagi target: memastikan peringkat sepuluh besar, lolos Liga Eropa, dan sebuah tempat di Liga Champion. Dan setelah itu mungkin kami bisa memenangi satu dari lima piala: Community Shield, Liga Premier, Piala FA, Piala Liga dan Liga Champions. Itu adalah target kami secara bertingkat, selangkah demi selangkah,” jelasnya.
Ranieri sadar bagaimana sulitnya musim 2016-17, dengan semua tim ingin menyingkirkan Leicester dari ‘tahta’. Selain itu ada juga beban tambahan dari bertanding di Liga Champion yang harus dijalani para pemain The Foxes.
“Liga Champion merupakan petualangan yang menarik, namun menghabiskan banyak sekali energi, terutama secara psikologis,” kata pria Italia berusia 64 tahun tersebut.
“Kami harus belajar untuk membagi tenaga dalam menjalani seluruh kompetisi dan terus meningkatkan kemampuan. Kami mungkin kalah dalam beberapa pertandingan, dan dari kekalahan itu dapat dilihat bagaimana kami bisa bangkit kembali atau tidak,” imbuh Ranieri.
Ranieri menambahkan bahwa klub yang pernah dilatihnya, Chelsea, telah membuat penunjukan yang tepat dengan menghadirkan Antonio Conte sebagai pelatih. Ia juga menyebut Jose Mourinho dapat memberi kesuksesan bagi Manchester United.
“Antonio dan Chelsea sudah dibuat untuk menyukai satu sama lain,” kata Ranieri.
“Mereka masih harus mengenali satu dengan yang lain secara lebih mendalam dan tidak membiarkan perbedaan budaya mengganggu hubungan keduanya. Jika para pemain mengikuti arahannya di Cobham, maka kita akan melihat Chelsea seperti Italia di Euro 2016. Mereka akan menghadirkan banyak kegembiraan di London,” ucapnya.
“Mourinho bisa menjadi Sir Alex Ferguson yang baru. Dia mungkin tidak akan berada di Manchester selama 26 tahun, tetapi dia akan meninggalkan prestasi bagi klub. Pep Guardiola juga sepertinya menjadi orang yang tepat di tempat yang tepat. Mauricio Pochettino telah berkerja dengan sangat baik, sedangkan Jurgen Klopp memulai dengan keuntungan karena sepertinya telah dapat beradaptasi dengan Liga Premier. Bahkan dia sepertinya sempurna dengan suasana yang ada di Liverpool,” pungkas Ranieri. (Bryan Christopher)