Jakartakita.com – Optimisme konsumen online Indonesia terus meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya Indeks Kepercayaan Konsumen dari 117 poin persentase di kuartal pertama tahun ini menjadi 119 pada kuartal kedua.
Demikian menurut temuan Global Survey of Consumer Confidence and Spending Intentions Q2 2016 yang dirilis oleh Nielsen, baru-baru ini.
Dalam laporan tersebut diungkapkan bahwa dua indikator Keyakinan Konsumen pada konsumen Indonesia yang meningkat, yaitu dalam hal; Prospek Lapangan Pekerjaan, dimana 7 dari 10 konsumen (meningkat tiga poin persentase dibandingkan dengan kuartal pertama tahun ini) menyatakan yakin bahwa prospek lapangan kerja dalam 12 bulan kedepan akan baik atau sangat baik, dan dalam hal Keinginan Berbelanja dengan skor 54 persen (meningkat dua poin persentase dibandingkan dengan kuartal sebelumnya).
Sementara itu, indikator Kondisi Keuangan Pribadi sedikit menurun namun stabil dengan 81 persen, turun satu poin persentase dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Persepsi konsumen online Indonesia mengenai keadaan resesi ekonomi juga terus membaik sejak akhir tahun lalu.
Persentase konsumen yang setuju bahwa Negara sedang berada dalam resesi ekonomi turun dari 69 persen di kuartal ke-empat 2015 menjadi 58 persen di kuartal pertama tahun ini, dan pada kuartal kedua tahun ini angkanya menurun lagi menjadi 51 persen.
“Konsumen Indonesia perlahan meraih kembali kepercayaan dirinya dalam tiga kuartal terakhir, ini merupakan indikasi yang baik bagi para pelaku industry,” ujar Agus Nurudin, Managing Director Nielsen Indonesia.
“Para pemilik merek, produsen dan peritel harus jeli menangkap peluang untuk meraih konsumen dengan menawarkan keuntungan bagi konsumen yang didasari oleh pemahaman menyeluruh atas apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen,” sambungnya.
Sementara itu, Keadaan Ekonomi, Kriminalitas, dan Keseimbangan Antara Hidup dan Pekerjaan ada di urutan tiga teratas kekhawatiran utama konsumen Indonesia pada kuartal ini.
Adapun persentase konsumen yang sangat khawatir akan Keadaan Ekonomi sedikit menurun pada kuartal ini menjadi 38 persen dari 40 persen di kuartal pertama, namun kekhawatiran akan Kriminalitas justru meningkat dimana 20 persen menyatakan khawatir dibandingkan dengan 17 persen di kuartal sebelumnya.
Sementara itu, kekhawatiran mengenai Keseimbangan antara Hidup dan Pekerjaan serta Kesehatan turun menjadi 15 persen pada kuartal ini dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Dalam hal penggunaan dana cadangan setelah pemenuhan kebutuhan pokok untuk berhemat, pada kuartal ini 70 persen konsumen menyatakan menggunakannya untuk menabung, 43 persen menggunakannya untuk berlibur dan 32 persen menggunakannya untuk berinvestasi di saham atau reksadana.
Di sisi lain, dalam hal penghematan biaya rumah tangga tren kuartal kedua tahun ini serupa dengan kuartal sebelumnya, dengan 47 konsumen menyatakan memotong biaya hiburan di luar rumah, 46 persen menunda membeli teknologi baru dan 45 persen mengurangi belanja baju baru.
Menurut Global Survey of Consumer Confidence and Spending Intentions Q2 2016, keyakinan konsumen di seluruh dunia tidak mengalami perubahan dengan tetap berada pada indeks 98, sama dengan kuartal pertama tahun ini.
Di wilayah Amerika Utara, keyakinan konsumen di Amerika Serikat berada pada indeks 113, meningkat tiga poin dari kuartal pertama. Di Eropa, beberapa minggu sebelum referendum Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa (Brexit), keyakinan konsumen stabil di angka 79 persen, meningkat satu poin dari kuartal pertama.
Di wilayah Asia Pasifik, keyakinan konsumen relative stabil di angka 107 persen, meningkat satu poin dari kuartal sebelumnya. Sementara itu wilayah Amerika Latin juga tercatat stabil, tidak berubah dari angka indeks 78 seperti di kuartal pertama.
Wilayah Timur Tengah / Afrika mencatat penurunan satu poin persentase dibandingkan dengan kuartal pertama tahun ini, dengan 89 persen.
“Keadaan Ekonomi tetap menjadi kekhawatiran utama konsumen global, dan terorisme menjadi kekhawatiran utama di wilayah Eropa,” sebut survey ini.