Jakartakita.com – Telkom menduduki peringkat pertama dalam Indonesia’s Top 100 Most Valuable Brands dengan mencatat nilai merek US$ 2,62 miliar. Meskipun nilai mereknya turun hingga 7 persen, kekuatan merek naik dari AA+ ke AAA, mengindikasikan bahwa Telkom mampu memanfaatkan mereknya untuk menghasilkan daya kembali yang lebih tinggi kedepannya.
Indonesia’s Top 100 Most Valuable Brands merupakan pemeringkatan 100 perusahaan publik Indonesia dengan brand value tertinggi, yang diselenggarakan oleh Brand Finance, lembaga konsultan brand internasional bekerja sama dengan Majalah SWA. Brand yang dimasukkan di dalam peringkat ini terdiri dari corporate brand dan product brand.
Metodologi yang digunakan Brand Finance untuk memvaluasi sebuah brand melibatkan performansi keuangan sebagai aspek kuantitatif dan rating dari Brand Strength Index (BSI) sebagai aspek kualitatif. Secara kuantitatif, Brand Finance menilai brand value dengan pendekatan royalty relief. Sedangkan dari sisi kualitatif, yang diukur adalah Brand Strength Index.
Analisis meliputi faktor input (investasi di bidang pemasaran), brand equity (nilai goodwill) serta faktor output (dampaknya pada kinerja bisnis). Brand Finance menilai dan melakukan pemeringkatan brand serta mengukur seberapa kuat brand tersebut.
“Telkom Indonesia mampu mengeruk keuntungan dari pertumbuhan penggunaan telepon seluler dan harus bisa memanfaatkan momen ini untuk meningkatkan penetrasi ke sektor smartphone. Konsumer di Indonesi adalah salah satu yang paling mengerti dalam hal merangkul perubahan teknologi. Dengan pertumbuhan di sektor populasi muda dan peningkatan pendapatan siap belanja, aktivitas pembentukan merek akan menjadi kunci bagi perusahaan-perusahaan untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar lagi” ucap Alfredo Chandra, Direktur dari Brand Finance Asia Pacific.
“20 persen jajaran 100 besar dikuasai oleh para perusahaan finansial. Sejalan dengan perkembangan Indonesia, kami melihat adanya konsolidasi di sektor bank, jadi akan menjadi menarik melihat brand mana yang bertahan. Bank yang juga terjun ke dunia digital dan tetap relevan akan menjadi pemenangnya,” sambung dia.
Samir Dixit, Managing Director dari Brand Finance Asia Pacific berpandangan bahwa selagi brand-brand di Indonesia tumbuh, baik di sektor kekuatan merek dan nilainya, jajaran 10 besar tetap menjadi miliki empat bank dan empat brand rokok.
“Kami ingin melihat lebih jauh lagi campuran perbedaan di atas, yang mana berarti brand lain harus segera fokus kepada nilai dan kekuatan brand mereka sendiri,” jelasnya.
“Sedih melihat tidak ada brand yang bisa masuk ke jajaran 500 besar dunia di tahun 2016 ini. Hal ini menunjukkan bahwa brand Indonesia masih kurang kompetitif secara regional dan global” tambah Samir Dixit.
Lebih lanjut, Samir Dixit juga menantang perusahaan-perusahaan Indonesia untuk lebih fokus ke brand mereka daripada ke penjualan.
“Perusahaan-perusahaan Indonesia harus mengedepankan brand sebagai agenda strategis untuk manajemen senior dan memperlakukannya seperti sebuah aset, bukan hanya sebagai merek dagang yang legal,” ujarnya.
Adapun nilai brand 2016 dalam riset ini, dihitung dalam satuan USD dengan per tanggal 1/1/2016.