Diskusi Aliansi Kebangsaan : Ketidakadilan Sosial Bisa Menjadi ‘Predator’ Dari Segala Yang Sudah Dicapai Republik Ini

foto : ikung adiwar

Jakartakita.com – Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno atau yang akrab disapa Romo Magnis menilai, sesudah 18 tahun pasca reformasi, bangsa Indonesia telah berhasil meng-install kembali demokrasi di Tanah Air. Namun saat ini, keberhasilan dan pencapaian demokrasi ini mulai banyak dipertanyakan sebagian kalangan.

“Demokrasi yang kita jalankan jelas menunjukan kelemahan-kelemahan. Korupsi yang merajalela, justru di kelas elite politik. Adapun sosok partai-partai yang meyakinkan, dan menjadi ciri ‘presidential’ demokrasi kita, sepertinya terkurung oleh tekanan transaksional kekuasaan legislatif,” ungkap Romo Magnis, di acara Diskusi Aliansi Kebangsaan bertema “Pembukaan UUD 1945 Sebagai Rujukan dan Tolak Ukur Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” yang di gelar Aliansi Kebangsaan di Jakarta, Jumat (26/8/2016).

foto : ikung adiwar

Lebih lanjut, Romo Magnis mengatakan, setelah 18 tahun sesudah tumbangnya Orde Baru, sudah tepat kiranya bangsa Indonesia mencari orientasi dalam kehidupan bernegara dan berbangsa.

“Kita mau kemana? Dan untuk orientasi kita sebaiknya mengacu pada teks resmi pendasaran kita yang paling mendasar, yakni Pembukaan Undang Undang Dasar 1945,” tegas dia.

foto : ikung adiwar

Sementara itu, KH Hasyim Muzadi mengatakan, selain makin merebaknya korupsi dikalangan elit politik hingga ke daerah-daerah akibat otonomi daerah yang kebablasan, Indonesia juga mengalami ketimpangan dan ketidakadilan sosial yang semakin melebar.

“Padahal, ketidakadilan sosial bisa menjadi ‘predator’ dari segala yang sudah dicapai oleh Republik ini,” tegas Hasyim.

Dia bahkan menilai, dalam perjalannya hingga saat ini, Indonesia belum pernah mencapai optimasi nilai luhur dari Pancasila yang jelas-jelas tersirat di pembukaan UUD 1945.

foto : ikung adiwar

Namun, lanjut dia, ketika banyak orang, mulai dari rakyat kebanyakan hingga bagian dari pemerintahan sendiri mulai meributkan untuk meninggalkan Pancasila, artinya bangsa ini sudah bermasalah.

“Artinya ada yang salah dengan arah bangsa ini yang tidak lagi sesuai dengan yang di cita-citakan para pendiri Republik ini,” tegasnya.

Selain kedua tokoh nasional diatas, diskusi yang rutin menjadi agenda bulanan dari Aliansi kebangsaan ini, juga menghadirkan para pembicara, antara lain; Prof. Dr. Taufik Abdulah, Drs. H. Hajriyanto Y. Thohari, MA, Yudi Latif, Ph.D, dan salah satu Ketua dari Aliansi Kebangsaan, Pontjo Sutowo.

 

aliansi kebangsaandiskusi politikDrs. H. Hajriyanto Y. ThohariKH Hasyim Muzadipembukaan UUD 1945Pontjo SutowoProf. Dr. Franz Magnis-SusenoProf. Dr. Taufik Abdulahromo magnisUUD1945Yudi Latif
Comments (0)
Add Comment