Jakartakita.com – Era teknologi digital mengharuskan semua pelaku bisnis dapat beradaptasi. Tak terkecuali pada perusahaan media – terutama media cetak agar tetap bertahan.
Mereka mesti terus adaptif menghadapi dinamika yang dihadirkan oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tersebut.
Kemunculan yang disruptive menekan industri media cetak karena keleluasaan dalam menghasilkan konten dan distribusi yang massal dan instan.
Tapi, di sinilah tantangannya karena industri media cetak harus dapat menyesuaikan diri dengan perubahan perilaku konsumen sambil tetap melakukan manuver bisnis.
Pendapat Robert G Packard, professor bidang ekonomi media dan manajemen sekaligus peneliti senior di Reuters Institute, University of Oxford menyatakan, bahwa industri media cetak tidaklah mati karena gempuran digital.
Tantangan terbesar yang dihadapi oleh pebisnis media cetak adalah bagaimana menjadikan teknologi digital menjadi cara baru dalam mengoperasikan bisnis serta menjadi peluang untuk berkembang dan tumbuh.
Karena itu, butuh visi yang jelas untuk menjadikan teknologi digital mampu membuat media cetak hidup lebih berwarna.
Pada saat yang sama, butuh tebaran optimisme, bahwa adanya teknologi digital adalah keniscayaan dan menjadi tantangan yang harus dihadapi dengan cerdik dan kreatif.
Menurut Menteri Komunikasi dan lnformatika, Rudiantara, tren yang terjadi saat ini sebuah media cetak harus dapat menghidupi dlrinya sendiri dengan berjibaku melakukan sejumlah movasi bisnis.
”Di sisi lain, performa perusahaan media cetak biasanya tidak hanya menyandarkan diri pada pendapatan dari sisi cetak semata, tetapi juga dari model pemasaran multi-channel termasuk pemasaran digital,” ungkap Menkominfo, Rudiantara dalam Talkshow yang digelar Sinyal Magz bertema ”Teknologi Digital Membuat Media Lebih Hidup” di Jakarta, Kamis (16/3/2017) lalu.
Chief RA – sapaan akrab Rudiantara menambahkan, tantangan bagi industri media cetak adalah bagaimana media sosial menjadi penantang yang kuat baik yang ada di platform seperti Facebook, Youtube, maupun news media aggregator.
Senada dengan Menkominfo, Merza Fachys, Ketua Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh lndonesia (ATSl) menegaskan, ketika teknologi digital makin berkembang, tantangan berat bagi media cetak juga semakin besar.
Untuk itu, lanjut Merza, dibutuhkan sinergi dan konvengensi yang tepat di tengah gempuran teknologi digital. Bagaimanapun juga, peran media sangat penting dalam tren teknologi yang sedang berkembang.
”Media masih menjadi acuan utama di tengah derasnya arus informasi,” ungkap Merza.
Lantas, dengan kondisi tersebut bagaimana media cetak dapat beradaptasi dan dapat terus bertahan?
Menurut Dahlan Dahi, Executive Director Kompas Gramedia Majalah, sejumlah tahapan perlu dilakukan untuk melalui transformasi bisnis.
Pendapatan yang diperoleh untuk kelangsungan bisnis media adalah dari konsumen dan pengiklan. Konsumen punya banyak pilihan dalam berlangganan misalnya, dapat berlangganan versi digital tanpa perlu menggerus versi cetaknya.
“Yang jelas, ketika media cetak dapat mengisi kebutuhan konsumen, mendengarkannya, dan memberikan mereka peluang untuk berkomentar secara aktif baik di cetak maupun online. Kesempatan untuk berkomentar dan menganalisis membuat media cetak semakin erat ikatannya dengan pembacanya,” ungkap Dahlan Dahi, salah satu nara sumber dalam Talkshow tersebut.
Di sisi pengiklan juga, lanjut Dahlan, dapat dilakukan penjualan bundling antara versi cetak dan digital, atau bahkan membuat penjualan terprogram (programmatic sales) untuk pasar tertentu.
Pada tahap selanjutnya, dapat pula digunakan skenario branded content maupun penyelenggaraan event yang bekerja sama dengan pengiklan.
Lebih lanjut Dahlan mengatakan, bahwa transformasi bisnis tersebut tidak hanya melibatkan perusahaan media tetapi juga orang, organisasi, dan budaya perusahaan.
Kebutuhan pada analis data dan mengintegrasikannya ke dalam organisasi contohnya akan membawa perusahaan dapat mengambil keuntungan dari analisis data terkait bagaimana mengakusisi pelanggan, dan melakukan monetisasi.
Dengan data yang cukup membuat insight yang menyeluruh ketika akan membangun konten bagi konsumen. Kebutuhan kecepatan di era digital juga harus diadaptasi sehingga tidak sekadar memberikan konten dengan cepat tapi juga membungkus ide-ide segar dengan Iebih cepat.
“Ketika media cetak berhasil melakukan transformasi tersebut, tentu tak akan ada satire tentang senja kala media cetak. Tantangan teknologi harus ditaklukan agar membuat media cetak menjadi lebih hidup dan terasa dinamis,” ungkap Dahlan,
Di tengah tren inilah Sinyal Magz hadir dengan inovasi baru. Sinyal Magz melakukan metamorfosa dari bentuk Tabloid menjadi Majalah.
“Kehadiran kami dengan bentuk majalah dengan tampilan baru diharapkan mampu memenuhi kerinduan para pembaca yang ingin mendapatkan ulasan lebih dalam seputar teknologi, gadget dan telekomunikasi. Di sisi lain, kami juga melakukan integrasi dengan tren teknologi yang sekarang sedang berkembang,” ungkap Moch. S. Hendrowijono, Pemimpin Redaksi Sinyal Magz.
Kemungkinan besar pelaku usaha cetak harus mengikuti perkembangan teknologi saat ini agar pelayanan terhadap konsumen tidak menurunkan kualitasnya. Seperti http://citramandiri.id/ mengikuti perkembangannya dengan membangun media digital di internet.