Jakartakita.com – Microsoft merilis temuan dari studi “Asia Workspace 2020”, yang mengungkapkan bahwa karyawan di Indonesia tidak merasa dipersiapkan untuk menghadapi kebutuhan pekerja di era digital.
Menurut studi tersebut, saat ini, 85% responden dari Indonesia menganggap dirinya merupakan pekerja mobile dan menghabiskan setidaknya 20% waktu mereka di luar kantor untuk bekerja, hanya 58% merasa dipersiapkan oleh budaya organisasi dan manajer mereka untuk dapat bekerja sama secara produktif dan kolaboratif.
Selain itu, hanya 38% responden setuju bahwa kepemimpinan organisasi mereka berkomitmen untuk memastikan setiap karyawan termasuk dalam rencana untuk meningkatkan kemampuan digital di lingkungan kerja.
Studi yang melibatkan 4.200 karyawan profesional dari 14 negara di Asia ini berusaha untuk memahami pergeseran perilaku karyawan dan kesenjangan di tempat kerja, ketika dihadapkan dengan produktivitas, kolaborasi dan praktek fleksibilitas kerja (flexy-work).
Adapun studi ini melibatkan 312 responden dari Indonesia.
“Asia telah menjadi kawasan yang paling terhubung – dengan lebih dari setengah, dari semua koneksi mobile dunia akan berasal dari Asia pada 2021, sehingga organisasi perlu memikirkan kembali bagaimana mereka memberdayakan tenaga kerja mereka dengan budaya, kebijakan, infrastruktur dan perangkat yang tepat untuk memaksimalkan potensi mereka. Hal ini juga termasuk memungkinkan kolaborasi dari mana saja, pada perangkat apapun. Namun, sangatlah penting bagi para pemimpin bisnis untuk mengevaluasi dan menerapkan perubahan untuk melawan tantangan budaya dan manajemen yang menghambat karyawan untuk bekerja secara lancar dari mana pun mereka berada, yang nantinya dapat menghambat pertumbuhan dan kemajuan organisasi di era digital,” kata Davina Yeo, Chief Operating Officer, Microsoft Indonesia saat peluncuran aplikasi Teams di Jakarta, Selasa (11/4/2017.
Ditambahkan, Microsoft memilih Asia, karena merupakan wilayah dengan penetrasi mobile tertinggi di dunia sehingga menjadikan kawasan ini paling terhubung.