Jakartakita.com – Dalam rangka mengedukasi masyarakat mengenai bahaya penyakit jantung, brand kesehatan Nutrive Benecol menggelar seminar bertajuk Gerakan Jantung Sehat: Indonesia Tangkal Kolesterol Bersama Nutrive Benecol.
Donny Bambang Iryanto selaku Senior Brand Manager Nutrive Benecol mengungkapkan, melalui kegiatan ini, pihaknya memberikan edukasi Gerakan Jantung Sehat, berupa pengenalan pola pikir rendah kolesterol dan rendah risiko penyakit jantung, demo mengenal pola makan dan porsi makan sehat, demo pola gerak sehat praktis sebagai solusi hidup sedentari, serta program deteksi dini kolesterol tinggi dan risiko penyakit jantung koroner.
“Harapannya dengan mengenali pola pikir, pola makan, dan pola gerak yang sehat, masyarakat Indonesia dapat berperan aktif menjadi agen perubahan, tidak hanya untuk dirinya sendiri melainkan minimal dalam lingkungan keluarga dan sekitarnya,” jelas Donny di Jakarta, Sabtu (21/10/2017).
Lebih lanjut diungkapkan, melalui kampanye Gerakan Jantung Sehat: Indonesia Tangkal Kolesterol 2017, Nutrive Benecol mengajak masyarakat Indonesia untuk bahu membahu dalam menurunkan risiko jantung koroner melalui Gerakan Jantung Sehat, yaitu mengenal, menurunkan dan mengontrol kolesterol, dengan gaya hidup TANGKAL, yang terdiri dari 7 Langkah Tangkal Kolesterol yaitu: Teratur periksa kolesterol, Awasi asupan dan pola makan, Nikmati hidup tanpa rokok dan minuman beralkohol, Giat Berolahraga dengan senam B-FIT, Kendalikan berat badan dan hindari stress, Awasi tekanan darah.
Asal tahu saja, data dari Survey Sample Registration System (SRS) tahun 2014 menunjukkan bahwa penyakit jantung menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Data ini menyebutkan bahwa sekitar 12,9% kematian di Indonesia, diakibatkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah.
Survei juga menyebutkan, terkait bahaya kolesterol tinggi, orang dengan kolesterol tinggi mempunyai 2x risiko terkena penyakit jantung dan stroke. Dan bahayanya, gejala kolesterol tinggi ini tidak terlihat sampai akhirnya terjadi komplikasi.
“Kementerian Kesehatan menghimbau agar masyarakat Indonesia dapat menjadi agen perubahan dalam perilaku hidup sehat, khususnya dalam pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, sehingga masyarakat Indonesia yang sehat dan berkualitas dapat diwujudkan,” terang dr. Iman Asjikin Hidayat, MHA selaku Sekretaris Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di sela-sela kegiatan seminar.
“Pendidikan, informasi dan komunikasi dibutuhkan supaya segenap masyarakat menyadari risiko penyakit jantung yang disebabkan oleh perubahan gaya hidup, kurangnya aktivitas bergerak, serta minimnya mengonsumsi buah dan sayur,” tambahnya.
Lebih lanjut dijelaskan, Pemerintah melalui Kemenkes mensosialisasikan tiga promosi preventif berupa Germas (Gerakan Masyarakat Sehat), Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS PK) dan CERDIK (cek kesehatan secara rutin, enyahkan asap rokok, rajin aktifitas fisik, diet seimbang, istirahat cukup, kelola stres) untuk bisa mencakup seluruh komponen masyarakat untuk mendeteksi dini kondisi kesehatan jantung supaya tidak bergantung besar kecilnya jumlah anggaran melalui Kemenkes.
Sementara itu dikesempatan yang sama, Ilkka Ojansivu selaku Business Manager in Multiple Asian Countries, dari Raisio Principal Benecol Finlandia mengungkapkan, penyebab utama meningkatnya penyakit jantung koroner dan stroke, terutama di Indonesia adalah gaya hidup modern yang minim aktivitas dan gerakan fisik atau sedentari. Mulai dari duduk sepanjang hari di balik meja kerja atau meja usaha hingga memanfaatkan jasa asisten rumah tangga atau online untuk segala sesuatu.
”Gaya hidup sedentari atau kurangnya aktivitas fisik, merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler, diabetes dan kanker,” jelas dia.
“Malas bergerak adalah kebiasaan yang perlu diubah karena dampak risiko dari gaya hidup sedentari, baru mulai terasa setelah bertahun – tahun,” sambungnya.
Lebih lanjut dijelaskan, data Badan Kesehatan Dunia atau WHO menunjukkan bahwa gaya hidup sedentari adalah 1 dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia.
“Data global menunjukkan bahwa 1 dari 4 orang dewasa tidak cukup aktif dan 4 dari 5 remaja, tidak cukup aktif. Sementara olahraga terbukti mampu mengendalikan berat badan, tekanan darah, meredakan peradangan, meningkatkan kesehatan pembuluh darah secara keseluruhan dan meningkatkan HDL,” terang Ilkka.
Ia menambahkan, kematian akibat kebiasaan malas gerak jumlahnya dua kali lebih banyak dibandingkan kematian karena obesitas.
“Jika gaya hidup sedentari diikuti dengan pola makan yang tidak seimbang dan kebiasaan yang tidak sehat seperti merokok atau minum alkohol, maka gaya hidup ini berisiko menyebabkan penyakit jantung dan stroke,” tandasnya. (Edi Triyono)