Jakartakita.com – Tidak diragukan lagi, berkembangnya berbelanja online membuat kecepatan dunia fashion dari panggung peragaan busana ke toko menjadi semakin cepat.
Hal ini membuat para wanita, kelompok pembelanja online terbesar di kategori fashion, dihadapkan dengan banyaknya pilihan yang berubah dengan cepat.
Bagaimana para wanita dapat mengambil keputusan yang lebih cepat untuk pakaian sehari-hari, bagaimana memadu padankan koleksi pakaian dan perlengkapnya, kini menjadi tantangan wanita modern saat ini.
Dinamika ini juga yang menekan para pelaku retail agar beradaptasi dengan cepat. Beberapa tahun terakhir ini, pelaku retail telah melakukan banyak upaya untuk membangun strategi penjualan melalui seringnya aktifitas diskon promosi.
Menyikapi kondisi tersebut, Winzendy Tedja CEO dari Yuna & Co. bersama dua orang pemrakarsa lainnya; Antonius Murdhani (CXO) dan Roy Prawira (CTO), menciptakan Yuna pada bulan Oktober 2016.
Yuna dibangun sebagai aplikasi fashion matchmaking pertama di Indonesia menggunakan Artificial Intelligent (A.I) dan machine learning.
Melalui chatbot, Yuna mempelajari gaya fashion, preferensi pengguna dan memadankannya dengan item-item yang ditawarkan oleh merek-merek fashion.
Ketiganya percaya untuk mendorong diri mereka dengan inovasi teknologi, pengalaman pengguna (user experience) dan model bisnis, membawa pemikiran baru untuk menjembatani kesenjangan yang ada dalam kategori menggunakan kreativitas.
Bersamaan dengan diperkenalkannya Yuna versi iOS bulan Mei 2017 lalu, applikasi ini mendapat sponsor dari Garena untuk membuka booth di Tech in Asia Singapura.
Bulan Juli 2017 versi android tersedia untuk diunduh dan Yuna bergabung di project Alpha dalam pameran RISE conference Hongkong.
Yuna diberi kesempatan untuk berkompetisi diantara 15 start up teratas di kompetisi G-Startup.
Pada bulan November 2017, merupakan phase kedua dari peluncuruan Yuna, dimana memberikan wanita untuk dapat memiliki perjalanan yang komplit dari tahap pencarian sampai pembelian.
Menurut Winzendy (Zendy), Yuna dibuat untuk membuat dunia fashion inklusif bagi semua orang. “Kami percaya bahwa fashion itu seharusnya menyenangkan, mudah dan bebas bagi tiap orang untuk berimajinasi, berekplorasi dan bereksperimen tiap saat. Visi kami agar Yuna membantu memeberdayakan para wanita melalui fashion,” terangnya, dalam siaran pers yang diterima Jakartakita.com, Kamis (14/12/2017).
Dijelaskan, Yuna mempermudah wanita menavigasi dunia fashion, mencari inspirasi, mencontoh gaya selebriti idaman, memadu padan ala gaya kita sendiri, berinteraksi dengan para influencer fashion sampai dengan dapat mengekspresikan kehandalan naluri fashion kita sendiri.
“Semua itu kini semudah mencapai ujung jari karena mesin pintar Yuna mengkurasikan apa yang diinginkan wanita dengan merek-merek fashion yang tepat dan cermat,” jelasnya.
Saat ini, telah bergabung 32 merek, lebih dari 500.000 SKU’s yang memungkinkan jutaan mix and match yang cocok.
“Di era hiper personalisasi, Yuna tampil sesuai dengan konten yang tepat dalam mencocokkan preferensi gaya pengguna. Semakin sering pengguna berinteraksi dengan platform, AI yang lebih pintar dan lebih intuitif akan menjadi dan semakin akurat dalam mejodohkan,” tandas Zendy.