Jakartakita.com – Setelah sukses menjadi Tamu Kehormatan di Frankfurt Book Fair, Indonesia kini kembali bersiap untuk menjadi pusat perhatian di salah satu perhelatan pameran buku internasionai Iainnya, yaitu London Book Fair (LBF) 2019.
MeIaIui Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Indonesia telah menandatangani nota kesepakatan dengan panitia LBF untuk menjadi market focus pada 2019.
“Sebagai Country Market Focus di London Book Fair 2019, kami (Bekraf) ingin mengambiI peluang ini untuk membawa sektor penerbitan di Indonesia dan sektor-sektor Iainnya yang berkaitan ke level selanjutnya, dengan menampilkan penulis-penulis terkemuka, penerbit dan warisan literasi dan budaya Indonesia yang kaya, dengan harapan mampu menyumbangkan kesempatan besar bagi sektor kreatif Indonesia, terutama dalam sektor penerbitan,” ujar WakiI Kepala Bekraf, Ricky Joseph Pesik dalam siaran pers yang diterima Jakartakita.com, Rabu (04/4/2018).
Diungkapkan, industri ekonomi kreatif di Indonesia telah mengalami pertumbuhan pesat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Sektor kreatif Indonesia telah melibatkan sumber daya manusia sebesar 15,9 juta dengan kontribusi 7,3 persen bagi Gross Domestic Product (GDP) atau setara dengan 67 miliar USD dan kontribusi ekspor seniiai 20 miIiar USD.
Deputi Pemasaran Bekraf, Joshua Puji Mulia Simandjuntak menambahkan, kehadiran Indonesia di ajang LBF adalah bagian dari rangkaian kegiatan menuju Indonesia sebagai negara Market Focus di tahun 2019.
“Ini adalah upaya Pemerintah Indonesia, khususnya Bekraf, dalam memberikan dukungan kepada pelaku kreatif dalam sub sektor penerbitan. Harapan kami adalah terjadinya transaksi bisnis terutama dari perdagangan into/actual Property (IP) yang memang menjadi nilai tambah utama ekonomi kreatif,” tegas Joshua.
Lebih lanjut ditambahkan, yang paling penting adalah semakin banyak karya para penulis yang mendapat akses pasar seluas-Iuasnya termasuk kepada penerbit di manca negara.
Kehormatan untuk tampil di panggung utama LBF ini, menjadikan Indonesia sebagai negara Asia Tenggara pertama yang ditunjuk sebagai market focus di bursa buku internasional yang dikenal menduduki peringkat pertama dalam haI perdagangan hak cipta dan distribusi konten yang meiiputi cetakan, audio, TV, film, dan saluran digital tersebut.
“Seiak tahun 2015, jumlah judul buku yang Iaku di Iuar negeri meningkat pesat sampai pada angka di atas 1000 judul, mengalahkan negeri Iain di Asia Tenggara. Ini pencapaian yang sangat baik dan menjadi sebuah indikator bahwa karya anak bangsa mampu bersaing dan diminati pasar internasional,” ujar Ketua Harian Komite Pelaksana Indonesia Market Focus di London Book Fair 2019, Laura PrinsIoo.
Menurut Laura, program-program yang dilaksanakan oIeh Komite Buku Nasional seperti residensi penuIis, subsidi dana penerjemahan, pelatihan, dan Iain-Iain saling berkesinambungan. Ini adaIah sinergi yang baik antara Bekraf, Kemendikbud dengan para profesional di luar pemerintah daIam memajukan industri perbukuan tanah air dan merupakan bagian dari diplomasi budaya Indonesia meIaIui buku.
Sejumiah persiapan dilakukan pihak Bekraf dan Kemendikbud muIai tahun ini. Menempati booth 5 D169 dengan Iuas 150 meter persegi, kepanitiaan yang dibentuk akan membawa total 300 judul buku di LBF 2018 yang tahun ini memasuki tahun ke-47.
Menyesuaikan dengan tema LBF tahun ini, yaitu Taking Words Further Content Across Media, panitia juga menyiapkan kesempatan-kesempatan bagi bidang industri kreatif di Iuar penerbitan buku untuk ikut tampil di LBF 2019 nanti.
Untuk itu, selain menghadirkan buku-buku terpilih. panitia menyiapkan penayangan film-film Indonesia yang diangkat dari buku di bawah kurasi Sekar Ayu Asmara, penuIis, sutradara dan produser film yang akan ikut serta di LBF tahun 2018 ini sebagai narasumber.
“Akan ada peningkatan target pembelian hak cipta baik di bidang penerbitan maupun non buku dari 2018 menuju 2019. Tahun ini, kami menargetkan 35 juduI dan pada 2019 menjadi 50 judul. Untuk bidang non buku, kami akan memasarkan 20 produk non buku seperti film, board game, dan application buatan Indonesia pada 2019 nanti,” ujar KepaIa Bidang Pemasaran di Komite Pelaksana Indonesia Market Focus di London Book Fair 2019, Thomas Nung Atasana.
Program-program menarik teIah disiapkan untuk menyambut kemuncuIan Indonesia sebagai market focus tahun depan. Di antaranya; seminar “Introducing Indonesia and its Creative Content” yang akan menampilkan pembicara Ricky Joseph Pesik (Wakil KepaIa Bekraf), Laura PrinsIoo (Managing Director Penerbit Kesaint Blanc dan Ketua Komite Buku NasionaI), John McGIynn (Pendiri Yayasan Lontar) dan dimoderatori Philip Y. Kim, penuIis fiksi dan cerita pendek yang merupakan Direktur Asia Literary Review.
Akan diadakan pula Poetry Talk dengan tema ‘Women Whose Names Were Erased” yang menghadirkan penuIis, penyair, dan arsitek Avianti Armand, Maarja Kangro, penuIis dan penyair dari Estonia, dan dimoderatori oIeh Peggy Hughes, Direktur Program Writers’ Centre Norwich.
Kerja sama bisnis di bidang penerbitan juga teIah disiapkan di LBF tahun ini, di antaranya; mempersiapkan penandatanganan pembelian hak cipta dua buku karya Intan Paramadhita “Gentayangan: PiIih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu” (Gramedia Pustaka Utama, 2017) yang teIah diterjemahkan ke daIam bahasa Inggris dengan judul “The Wandering” dan”Apple and Knife” (Brow Books, 2018) oleh penerbit Harvill Secker dari grup penerbit Penguin Random House yang akan diwakili oleh Ellie Steel, Senior Editor Penguin Random House, dan juga penandatanganan dengan Kelly Falconer (literary agent).
Sebuah prestasi juga telah diukir dalam partisipasi Indonesia di LBF, dimana Yayasan Lontar menjadi salah satu dari tiga nominator bagi penghargaan Literary Translation Initiative dalam ajang The London Book Fair International Excellence Awards 2018, bersama American Literary Translators Assocration (USA) dan Geopoetika (Serbia).
Yayasan Lontar akan menghadiri pengumuman pemenang di The Conference Centre, Olympia, London pada 10 April 2018.
“Sangat menggembirakan mendapati Lontar Foundation berada dalam daftar tiga finalis penerima Translation Initiative Award. Jika Lontar meraih penghargaan, kami akan mendedikasikannya ke para penulis dan penenemah di bidang sastra lndonesia,” ujar John McGlynn, pendiri Yayasan Lontar.
Lewat kegiatan mempromosikan kekayaan Iiterasi dan industri kreatif Indonesra di LBF tahun ini, diharapkan kehadiran Indonesia sebagai market focus di LBF 2019 menjadi peluang besar untuk menjadikan bidang penerbitan dan industri kreatif terkait Iainnya, berperan penting dalam perkembangan ekonomi di Indonesia.