Hoax Ancam Persatuan dan Kesatuan Bangsa

foto : jakartakita.com/edi triyono

Jakartakita.com – Hoax yang beredar di tengah masyarakat dapat mengancam persatuan dan kesatuan Indonesia. Apalagi hoax yang bersifat agama.

Menyikapi hal ini, Kepolisian Republik Indonesia menggelar forum diskusi yang membahas perihal pemberitaan palsu alias hoax.

Menurut Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol. Setyo Wasisto, hoax ini bisa berupa tulisan, gambar, atau pun fakta yang diputarbalikkan, dan bisa memecah persatuan bangsa.

Setyo memberi contoh, ditemukan sebuah akun di media sosial, yang mencoba mengadu domba antara Polri dan TNI.

“Di akun yang mengatasnamakan Kepolisian tersebut, berisi tulisan ujaran kebencian kepada TNI, setelah diselidiki ternyata itu akun palsu atau hoax,” kata Setyo di Jakarta, Selasa (24/4/2018).

Ditambahkan, hoax juga bisa mengancam ketahanan pangan. Ia mencontohkan, beberapa hari yang lalu beredar isu hoax tentang telur palsu, yang berbahan dasar dari karet. Hal ini ternyata berdampak besar, dan menyebabkan omset telur di pasaran menurun drastis, hingga 40%.

Oleh karena itu, Setyo menghimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak mudah percaya, terhadap isu dan informasi yang tersebar di berbagai media sosial.

Adapun Kepolisian, jelas dia, akan menindak tegas oknum-oknum yang terbukti menyebarkan informasi palsu atau hoax, untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.

Sementara itu, Direktur Layanan informasi Internasional, Ditjen IKP, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Selamatta Sembiring mengakui bahwa pemberitaan palsu (hoax) semakin marak di tengah masyarakat. Hal ini seiring dengan pesatnya penggunaan teknologi informasi dan internet di masyarakat.

Dijelaskan, berdasarkan data wearesocial.org, penggunaan teknologi digital di Indonesia dengan populasi penduduk sekitar 265,4 juta menunjukkan, pengguna internet sekitar 132,7 juta.

Kemudian untuk pengguna aktif media sosial di Indonesia sekitar 130 juta, pengguna handphone sekitar 177,9 juta, dan pengguna aktif media sosial di handphone sekitar 120 juta.

Lebih lanjut, Selamatta membeberkan fakta dan data Media Sosial dan Komunikasi Favorit di Indonesia. 

Untuk pengakses Youtube di Indonesia ada sekitar 43%, Facebook sekitar 41%, Whatsapp 40%. Lalu Instagram 38%, Line 33%, BBM 28%, Twitter 27%, google+ 25%, FB Messenger 24%, Linkedin 16%, Skype 15%, dan Wechat 14%.

“Fakta dan data kebiasaan orang Indonesia, 4 dari 10 aktif di media sosial. 60% tak punya rekening tabungan tapi 85% punya ponsel. Adapun orang Indonesia bisa hidup tanpa ponsel paling lama 7 menit. Orang Indonesia mengakses internet rata-rata 8-11 jam sehari,” ungkap Selamatta.

Dengan kondisi tersebut, lanjut dia, tak heran jika pengguna internet menjadi sasaran radikalisme dan sarana konflik. (Edi Triyono)

 

 

facebookhoaxinternetKepolisian Republik IndonesiaKonflikmedia sosialpolriRadikalismeteknologi informasitwitter
Comments (0)
Add Comment