Jakartakita.com – FARO Technologie Inc., perusahaan teknologi 3D untuk pengukuran dan pemindaian, bersama pt. Datascrip menggelar FARO 3D User Conference Asia Pacific di Jakarta, Selasa (17/7).
Konferensi berkelas internasional ini membahas tren dan perkembangan teknologi produk pemindaian terestrial 3D, permasalahan dan solusinya, serta pemaparan dari para ahli dan praktisi tentang informasi terbaru, pengalaman, dan penerapan teknologi 3D laser scanner di berbagai bidang.
Saat ini, pemerintah sedang melakukan percepatan pembangunan infrastruktur di berbagai daerah sebagai salah satu pendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Perencanaan pembangunan secara berkesinambungan membutuhkan dokumentasi area, bangunan atau struktur dalam wujud 3 dimensi (3D).
Menurut Mary T. Oetomo – Division Director pt.Datascrip, dokumentasi dengan menggunakan pemindai laser 3D sangat dibutuhkan, khususnya ketika melakukan survei secara detail, bahkan untuk struktur bangunan yang paling kompleks sekalipun.
Teknologi pemindaian terestrial 3D yang berkembang saat ini membuat dokumentasi ruang atau area jadi lebih efisien, efektif, akurat dan presisi. Selain efisien dalam segi biaya dan waktu pengerjaan, teknologi 3D laser scanning memiiki data informasi yang lebih sehingga analisa dan aplikasinya sangat luas.
Adapun ajang FARO 3D User Conference Asia Pacific ini merupakan konferensi tahunan yang telah 6 kali diadakan.
Tahun ini, selain di Jakarta, acara ini juga diadakan di Guangzhou, Tiongkok dan Tokyo, Jepang.
Para pakar dan peserta dari berbagai bidang seperti arstitektur, konstruksi, industri minyak dan gas, pengelola dokumentasi situs dan bangunan bersejarah, serta ahli forensik dan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) hadir untuk berdialog dan berinteraksi, berbagi pengalaman serta penerapan, ide dan solusi terbaru dari dokumentasi terestrial 3D.
“Semua mengenai dokumentasi 3D dibahas tuntas di dalam konferensi ini untuk memberikan gambaran khususnya mengenai teknologi survei serta konstruksi di masa mendatang. Data 3D dapat diterapkan di berbagai bidang seperti pemindaian volumetrik, bencana, aplikasi asuransi dan juga bangunan bersejarah. Teknologi pemindaian terestrial 3D tidak hanya untuk mengukur data, namun untuk menganalisis data dan pengembangan yang lebih baik,” kata Mary T. Oetomo, dalam siaran pers yang diterima Jakartakita.com, Selasa (17/7).
Berdasarkan data dari ARC Market Analysis menyebutkan, pasar pemindaian 3D diperkirakan akan mencapai USD 2,3 miliar pada tahun 2021, dengan Building Information Modelling (BIM) di industri konstruksi menjadi kontributor utama.
Menurut Kharis Alfi – Senior Architect dari PDW Architect dan Ketua Institute BIM Indonesia, yang menjadi salah satu pembicara pada FARO 3D User Conference Asia Pacific, proyek konstruksi masa depan perlu perencanaan yang lebih baik dan persiapan yang komprehensif untuk menghemat biaya dan juga untuk menjaga kualitas proyek.
“Building Information Modeling adalah alur kerja konstruksi di masa depan untuk menyiapkan data dan informasi teknis berdasarkan format digital. 3D laser scanning adalah salah satu solusi yang dapat digunakan untuk memproses alur kerja BIM. Ini dapat membantu dalam memeriksa dan memvalidasi proyek konstruksi dan menghemat waktu, serta menjaga kualitas proyek,” ujar Kharis.
Gatot P. Laksono – Division Manager Survey & 3D Equipment pt. Datascrip menambahkan, FARO menunjukkan komitmennya dalam pengembangan dan penerapan data 3D dengan mengadakan konferensi akbar ini. Kebutuhan teknologi pemindai laser 3D di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertumbuhan pembangunan di berbagai daerah.
“Acara ini tentunya menjadi ajang berbagi informasi dan pengalaman, serta solusi pengembangan penggunaan data 3D untuk masa yang akan datang,” ujarnya.