Jakartakita.com – Saat ini, rasio elektrifikasi di Papua dan Papua Barat masih sekitar 53,62 persen.
Menyikapi hal ini, PT PLN (Persero) berusaha meningkatkan rasio elektrifikasi melalui program listrik desa bertajuk ‘Papua Terang’.
Pada program yang bersifat pengabdian masyarakat ini, selain bekerja sama dengan lima perguruan tinggi negeri, PLN juga bekerja sama dengan TNI dan LAPAN untuk mendukung pelaksanaan survei.
Dalam hal ini, PLN bersama 165 mahasiswa pencinta alam (MAPALA) dari 5 (lima) Perguruan Tinggi, yaitu Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Universitas Cenderawasih (Uncen) akan melakukan survei geografi, demografi, potensi energi baru terbarukan maupun sistem jaringan evakuasi daya di sekitar 415 desa di 24 kabupaten di Papua dan 1 kabupaten di Papua Barat.
Para Mapala ini akan berangkat ke Papua bersama 130 pegawai PLN yang menjadi relawan.
Tugas para relawan nanti adalah membantu pelaksanaan survei listrik yang dilakukan oleh para mahasiswa.
Sebelumnya, para peserta akan diberikan pembekalan mulai dari pembangunan jiwa korsa dari TNI AD, pengenalan masyarakat papua dan topografi wilayah dari Papua Center UI, pemanfaatan data pengindraan jauh dari LAPAN, serta workshop fotografi dan jurnalistik dari pakar media massa.
Pembekalan ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan penandatanganan kerjasama PLN dengan Perguruan Tinggi, TNI AD dan LAPAN pada tanggal 27 Juli 2018 di PLN Kantor Pusat, Jakarta.
Sedangkan keberangkatan para peserta Ekspedisi Papua Terang akan dilaksanakan pada tanggal 28 Juli 2018 dimana pelepasannya dilakukan di PLN Kantor Pusat, Jakarta.
Adapun seremonial pelepasan mahasiswa yang menjadi peserta Ekspedisi Papua Terang telah dilaksanakan oleh pihak rektorat dari masing-masing universitas pada 25-26 Juli 2018 lalu.
Direktur Bisnis Regional Maluku-Papua PLN, Ahmad Rofik mengapresiasi para mahasiswa dan pegawai PLN yang berpartisipasi dalam survei kelistrikan di Tanah Papua.
“Kami sangat mengapresiasi para mahasiswa dan relawan dari pegawai PLN yang bertekad mengikuti program ini. Kondisi geografis pulau Papua yang luas menjadi tantangan bagi PLN untuk membangun infrastruktur kelistrikan yang menjangkau seluruh masyarakat. Lewat program survei ini dan partisipasi dari perguruan tinggi, TNI dan LAPAN, kami mengharapkan akan banyak daerah di Indonesia yang mendapatkan listrik, khususnya daerah-daerah 3T dan Tanah Papua,” terang Rofik dalam siaran pers, Jumat (27/7).
Ditambahkan, ekspedisi Papua Terang merupakan upaya PLN bersinergi dengan stakeholders untuk mewujudkan percepatan pemerataan pembangunan di Indonesia Timur, khususnya elektrifikasi di desa-desa.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan UGM Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr berpesan kepada mahasiswa yang menjadi peserta agar mereka harus segera dapat beradaptasi dengan lingkungan dan budaya di Papua.
Ia juga menekankan bahwa program ini berbeda dengan kegiatan pecinta alam pada umumnya.
“Ini bukan ekspedisi seperti halnya yang saudara lakukan sebagai pecinta alam, apakah itu susur sungai, naik gunung, atau masuk gua. Tidak. Melainkan sebuah kegiatan yang ada targetnya, bagaimana kita bisa menghasilkan sesuatu dari kegiatan ini, bagi masyarakat Papua,” imbuhnya.
Djagal menambahkan, bahwa untuk mempertahankan Papua, pemerintah harus membangun secara cepat sehingga masyarakat Papua tidak merasa dianaktirikan.
“Sekarang Pemerintah sedang membangun infrastuktur yang baik di sana mulai dari jalan, pelabuhan dan bandara, kemudian dari sisi kelistrikan oleh PLN melalui program Papua Terang. Ini merupakan suatu langkah yang sangat positif,” jelasnya.
Sementara itu, Stella Indrawaraski, mahasiswi Teknik Geomatrika ITS mengungkapkan, berkontribusi membangun negeri merupakan keinginan yang mendasari ia dan rekan-rekannya ikut pada kegiatan ekspedisi Papua Terang yang dilaksanakan oleh PLN.
“Saya ingin turut bersinergi membangun Indonesia, terutama di daerah-daerah Timur Indonesia, yang masih minim sarana dan prasarana. Saya ingin berkontribusi dan mengabdikan ilmu-ilmu yang saya dapat di perkuliahan untuk membantu saudara-saudara di Papua,” kata Stella.
Adapun Ajun Evi Nugraha, salah satu mahasiswa UGM menyampaikan rasa optimisnya atas kontribusi yang akan ia lakukan dapat berdampak besar bagi pembangunan di Papua.
“Saya ingin mengetahui daerah-daerah di Papua itu sendiri. Harapannya, selain desa-desa terisolir mendapatkan akses listrik dengan mudah, tentunya kesejahteraan masyarakat disana juga dapat meningkat,” ungkapnya.
Baik Stella maupun Ajun telah melakukan persiapan jelang keberangkatan ke Papua pada 28 Juli mendatang. Mulai dari persiapan fisik, mental, hingga wawasan sosial budaya Papua. (Edi Triyono)