Jakartakita.com – Traveloka sebagai perusahaan teknologi penyedia jasa travel dan booking online terdepan untuk destinasi lokal dan internasional, bersama dengan Beyond Screen Production menghadirkan Funtopia, sebuah arena bermain dengan balon yang terbesar di Indonesia.
Program Funtopia ini bertujuan untuk menciptakan sebuah arena bermain anak di luar ruangan (outdoor) yang dapat dimanfaatkan keluarga Indonesia untuk meningkatkan aktivitas fisik anak dan menciptakan momen kebersamaan bersama keluarga.
Christian Suwarna, Senior Vice President Business Development Traveloka mengungkapkan, Traveloka telah menjadi lebih dari sekadar perusahaan teknologi yang menyediakan sarana pemesanan perjalanan secara online. Sebagai perusahaan terkemuka di ranah digital, Traveloka juga mendukung kebutuhan gaya hidup penggunanya, tidak hanya dari sisi kebutuhan traveling tapi juga dari seluruh aspek, mencakup kebutuhan akan entertainment, seperti; aktivitas, rekreasi, konektivitas, kuliner, hingga pertunjukan.
Melalui produk Aktivitas & Rekreasi, Traveloka telah bermitra dengan ribuan partner di 327 destinasi domestik dan internasional.
“Kami berharap dengan hadirnya Funtopia di Traveloka, keluarga Indonesia dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan momen kebersamaan dengan keluarga, terutama saat akhir pekan,” tuturnya di Jakarta, Selasa (14/8/2018).
Lebih lanjut Christian menjelaskan, “Arena permainan outdoor dengan ragam hiburan yang bisa dinikmati seluruh keluarga sepanjang hari merupakan sebuah konsep yang langka untuk kehidupan perkotaan saat ini, dan Funtopia berusaha menjawab kebutuhan masyarakat akan sarana hiburan yang ideal untuk segala usia,” jelasnya.
Mia Lukmanto, CEO dan Founder Beyond Screen Production menambahkan, saat ini, tren penggunaan gadget sudah tidak memandang usia dan anak usia prasekolah sudah paham teknologi. Artinya, kreativitas para orangtua dalam menyediakan kegiatan pengganti screen time anak sangat dibutuhkan, karena aktivitas fisik sangat berperan dalam menstimulasi kecerdasan anak.
Hasil riset UNICEF bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2014 lalu, menunjukkan bahwa 30 juta anak dan remaja Indonesia sudah menggunakan internet secara intens, hingga lima jam sehari.
Adapun penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Global Pediatric Health menunjukkan bahwa penggunaan perangkat teknologi selama berjam-jam berpotensi mengganggu kualitas tidur dan nutrisi anak.
Riset juga menunjukkan bahwa tingginya interaksi dengan layar pada siang hari, tidak memungkinkan para anak untuk cukup bergerak dan aktif secara fisik.
“Pada akhirnya, kondisi ini bisa mengganggu kemampuan anak untuk mengatasi masalah, bergerak, berpikir dan berkegiatan,”ucap Mia.
Dijelaskan, otak dan daya tahan tubuh saling bergantung dan bekerja timbal balik, sehingga pemberian stimulasi menjadi sama pentingnya dengan pemberian nutrisi.
“Untuk itu, kami sebagai event organizer berkomitmen membawa ragam alternatif hiburan yang menyenangkan untuk anak, yang sekaligus bisa menjadi sarana stimulasi untuk mengatasi hobi, keterampilan dan kreativitas mereka,” jelasnya.
Sementara itu, Tascha Liudmila sebagai penulis buku Screen Time mengatakan, “Tanggung jawab kita sebagai pihak yang lebih dewasa, untuk membuat anak-anak tertarik pada aspek kehidupan sosial. Dalam hal ini, orangtua perlu menetapkan batasan yang konsisten terhadap penggunaan perangkat digital oleh anak dan menggantikannya dengan aktivitas bersama keluarga. Selayaknya perkembangan fisik dan kepribadian anak, perkembangan kreativitas terkait erat dengan pola asuh. Artinya peran orangtua sangat penting dan usia prasekolah merupakan rentang usia yang tepat untuk mengembangkan kreativitas mereka”.
Adapun rangkaian Funtopia pertama akan digelar di Bintaro Xchange Park – Bintaro Xchange Mall, Tangerang, pada tanggal 17–30 Agustus 2018.
Untuk jam operasional, saat weekend pukul 07:00 – 22:00, weekdays pukul 15:00 –22:00, khusus hari libur nasional pukul 10:0 – 22:00.
Keseruan Funtopia juga akan berlanjut di beberapa kota seperti Bandung di bulan September 2018 dan Surabaya bulan Oktober 2018. (Edi Triyono)