Jakartakita.com – Guna menjaga stabilnya produksi migas dari suatu wilayah kerja (WK) migas yang akan habis masa kontraknya, pihak perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang mengelola WK migas yang bersangkutan, di masa depan perlu memperhatikan manajemen rantai suplai dalam pengelolaan blok migas tersebut.
“Manajemen rantai suplai yang efektif dan efisien merupakan syarat utama menjaga kestabilan operasional KKKS. Dengan pengelolaan Supply Chain Management (SCM) yang baik diharapkan bisa menjaga produksi migas tetap stabil dan tidak turun,” kata Mustafid Gunawan, Direktur Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, dalam acara Oil & Gas Forum-Supply Chain Management yang mengangkat tema “Optimasi Rantai Suplai dalam Menunjang Produksi Migas di Masa Transisi Wilayah Kerja Migas” di Jakarta, Selasa (28/8).
Lebih lanjut dijelaskan, seiring dengan perkembangan teknologi IT yang semakin berkembang, maka pengelolaan SCM akan berjalan optimal jika terjadi integrasi teknologi tersebut dalam setiap tahapan proses SCM.
“Hingga saat ini, implementasi pengelolaan rantai suplai dirasa masih belum optimal dan masih terdapat beberapa kendala yang menjadi tantangan bagi kita untuk berkonsolidasi menghadapinya,” jelas Mustafid.
Selain hambatan dari sisi teknologi IT, lanjutnya, beberapa tantangan lainnya yang kerap ditemui dalam proses rantai suplai di hulu migas, antara lain; kendala analisis market, belum tersedianya database vendor, belum terbangunnya jaringan suplai, distribusi serta logistik yang optimal, sampai masalah manajemen aset yang belum utuh dan tertata.
“Karena itu perlu komitmen bersama untuk menghadapi tantangan tersebut dan sinergi menjadi poin yang paling utama,” tandas Mustafid. (Edi Triyono)