Jakartakita.com – Saat ini pemerintah tengah mengupayakan ekosistem pendidikan yang adil dan merata bagi seluruh anak Indonesia.
Selain tantangan geografis, peningkatan kompetensi guru dan penguatan pendidikan karakter, selama ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bawah kepemimpinan Muhadjir Effendy juga menaruh perhatian khusus terhadap pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017, jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia mencapai 1,6 juta.
Bentuk perhatian yang diberikan oleh Kemdikbud adalah memberikan akses berupa pembangunan unit Sekolah Luar Biasa (SLB) baru dan mendorong pertumbuhan sekolah inklusi di berbagai daerah.
Dilansir dari laman kemdikbud.go.id, dari 1.6 juta anak berkebutuhan khusus, baru 18% yang mendapatkan layanan pendidikan inklusi.
Adapun dari 18% tersebut, terdapat 115 ribu anak bersekolah di SLB dan 299 ribu lainnya bersekolah di sekolah reguler pelaksana sekolah inklusi.
Di wilayah Jabodetabek sendiri, terdapat puluhan sekolah inklusi negeri yang sudah ditunjuk oleh dinas pendidikan daerah. Selain itu, terdapat pula alternatif sekolah inklusi yang dimiliki oleh pihak swasta.
Menyikapi kondisi tersebut, Tri Nuraini selaku Head of PR Quipper Indonesia mengungkapkan bahwa, sebagai perusahaan edukasi teknologi yang memiliki visi untuk menyebarkan pendidikan berkualitas bagi seluruh anak di Indonesia, Quipper Indonesia berharap, pendidikan merata dapat dirasakan pula oleh anak-anak berkebutuhan khusus.
Karena memiliki kebutuhan khusus bukan berarti mereka tidak dapat berprestasi di bidang akademis, melainkan harus dibimbing dan diarahkan untuk mencapai potensi terbaiknya.
“Kami cukup terkejut mengetahui data tersebut dan berpikir apa yang bisa kita lakukan untuk membantu pemerintah dalam memberikan akses pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Setelah kami telusuri, ternyata Quipper bisa mulai berkontribusi melalui sekolah inklusi,” ungkap Tri Nuraini, dalam siaran pers yang diterima Jakartakita.com, Sabtu (29/9/2018).
Dalam sekolah inklusi, jelasnya, terdapat seorang seorang shadow teacher atau guru pembimbing yang membantu anak berkebutuhan khusus untuk berinteraksi dalam kegiatan belajar mengajar.
Selain itu, guru pembimbing juga membantu adaptasi dan penerimaan anak berkebutuhan khusus terhadap lingkungan dan juga bergaul dengan anak-anak lain yang tidak memiliki kebutuhan khusus.
Sumardini Syahniar dari sekolah Surya Bangsa di Tangerang mengatakan, “Sejak awal masuk di kelas 1 hingga kelas 9 ini, saya bertugas mendampingi Alyssa dengan mengulang penjelasan guru di kelas, kalau dia tidak mengerti, berinteraksi, hingga bantu menenangkan kalau di kelas dia tidak fokus. Karena tantangan anak berkebutuhan khusus satu dengan yang lainnya beragam, jadi setiap anak harus memiliki satu pendamping,” jelasnya.
Di sekolah Surya Bangsa tersebut terdapat 4 siswa ABK yang memiliki kebutuhan khusus yang berbeda-beda dan tingkat kemampuan untuk fokus pun berbeda. Untuk membantu menyerap pelajaran lebih baik lagi, keempat siswa tersebut dibantu dengan alat peraga, permainan atau menggunakan video pembelajaran baik melalui video-video yang tersedia di internet ataupun platform belajar online seperti Quipper Video.
Melalui Quipper Video siswa berkebutuhan khusus mendapat pengalaman belajar baru yang lebih menyenangkan.