Ancaman Serius Geng Motor Perlu Penanganan Bersama

foto : jakartakita.com/edi triyono

Jakartakita.com – Keberadaan geng motor yang selalu membuat resah masyarakat perlu tindakan tegas dari pihak berwajib seperti kepolisian. Pasalnya, keberadaan mereka menjadi ancaman serius, karena berbagai kasus yang muncul di permukaan kerap menimbulkan korban jiwa.

Anarkisme yang selalu dilakukan oleh geng motor ini patut untuk segera diakhiri agar tidak semakin banyak korban jiwa atau kerugian materiil yang disebabkan oleh ulah mereka.

“Sekarang motor bukan menjadi satu hal yang mewah, ini dampak dari beberapa waktu yang lalu dengan DP 500 dapat motor. Tapi pergeseran dan nilai membuat wawasan bermotor jadi beda,” ujar Kadiv Humas Polri, Irjen Pol. Setyo Wasisto saat berbicara di Forum Promoter Polri bertema ‘Penanggulangan Teror Geng Motor Demi Memberikan Rasa Aman dan Terwujudnya Kamtibmas’ di Jakarta, Rabu (8/11/2018).

Menurutnya, perkembangan geng motor di Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor seperti imitasi, lingkungan, budaya, pengagguran, perhatian orang tua yang minim dan kemiskinan.

Rata-rata geng motor terbentuk karena kebiasaan para remaja atau pemuda yang nongkrong – nongkrong yang biasanya dilakukan di malam hari. Selanjutnya, mereka melakukan aksi balap liar dan hal-hal yang menantang untuk menunjukkan eksistensi diri terhadap kelompoknya atau kelompok lainnya.

“Kondisi tidak ideal biasanya menimbulkan celah sosial, lemahnya disiplin lalu lintas menjadi peluang timbulnya geng motor. Lingkungan sosial yang tidak kondusif dan pendidikan karakter yang gagal, menjadikan mereka mudah terombang – ambing sehingga menuju pergaulan yang salah,” terang Setyo.

Untuk mengatasi munculnya geng-geng motor baru, perlu upaya bersama dari semua pemangku kepentingan termasuk peran orang tua, sekolah, lingkungan dan masyarakat.

Kepolisian, diakui Setyo, tidak dapat bekerja sendiri untuk mengatasi teror geng motor yang sudah sangat meresahkan masyarakat.

Kasubnit V Subdit III Ranmor, AKP Andhiek Budy Kurniawan menambahkan, rata-rata geng motor muncul di kota-kota besar.

Dari catatannya, geng motor banyak bermunculan di wilayah Jawa Barat disusul Jakarta, Medan dan Bali.

Aksi yang kerap diciptakan oleh gerombolan geng motor ini diantaranya pengrusakan fasilitas umum maupun pribadi, penganiayaan, pengeroyokan, pemerasan, pencurian dengan kekerasan, pemerkosaaan hingga pembunuhan.

“Keberadaan geng motor yang mengganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat akan ditindak tegas oleh kepolisian. Polisi tidak akan ada toleransi lagi bagi anggota geng yang bertindak anarkis,” kata Andhiek.

Dalam upaya untuk mengatasi persoalan geng motor ini, Kepolisian aktif melakukan berbagai upaya pencegahan. Diantaranya; pre-emtif, preventif dan represif.

Untuk upaya pre-emtif, diantaranya melalui penyuluhan kepada masyarakat dengan melibatkan Kamtibmas. Selain itu, dengan menggandeng stake holder terkait agar dapat melengkapi sarana prasarana jalan umum, seperti penerangan jalan, pemasangan cctv dan lainnya.

Adapun upaya preventif yang dilakukan Polri meliputi; patroli rutin, pembuatan aplikasi Polisi Kita dan penempatan anggota Polri pada daerah rawan tindak kejahatan.

Sedangkan upaya represif dengan membentuk satgas anti kejahatan, pemetaan daerah rawan kejahatan dan proses sidik.

“Apabila pelaku kekerasan dari geng motor adalah anak-anak, kita melakukan mekanisme restorative justice yaitu menghindarkan anak-anak dari pemidanaan dan diganti dengan bimbingan,” ulas dia.

Sementara itu, Sosiolog dari Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, Musni Umar, mengatakan, bahwa geng motor merupakan fenomena global yang ada di hampir semua negara. Namun perkembangan geng motor di Indonesia menjadi salah satu yang paling pesat.

Menurutnya, untuk mencegah geng motor terus perkembang salah satu cara yang efektif adalah dengan mengembalikan fungsi keluarga dan sekolah sebagai pusat pendidikan akhlak dan nilai-nilai agama.

Kemudian menciptakan lingkungan sosial yang peduli terhadap anggota geng motor. Selain itu, orang tua harus diberi pendidikan cara mendidik anak agar tidak salah asuh.

Hal lain yang tak kalah penting adalah kolaborasi dan sinergi antara orang tua, sekolah, masyarakat, polisi dan pemerintah untuk membina geng motor.

Pada dasarnya, rata-rata anggota geng motor adalah dari kalangan remaja yang membutuhkan kehangatan, keakraban dan rasa aman dalam keluarga dan lingkungan.

“Perlu melatih mereka supaya memiliki kepakaran (skill), lalu memberi mereka lokasi tempat berusaha atau lapangan kerja. Menumbuhkan suasana keluarga yang hangat, akrab dan aman. Terakhir adalah mengobati mereka yang sudah terlibat Narkoba dan stres agar kembali sehat rohani dan jasmani,” pungkas Musni. (Edi Triyono)

Forum Promoter PolriGeng Motorkadiv humas polrirawan tindak kejahatanTeror Geng Motor
Comments (0)
Add Comment