Jakartakita.com – Pengelolaan sampah merupakan salah satu isu terbesar di Indonesia yang menjadi tantangan setiap pemangku kepentingan, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat.
Asal tahu saja, daerah perkotaan di Indonesia menghasilkan 55.000 ton sampah padat per hari yang perlu diolah.
Di Jakarta sendiri, tidak kurang dari 7.250 ton sampah per hari dihasilkan. Penyumbang sampah terbesar di kota Jakarta adalah sisa konsumsi rumah tangga dan mayoritas sampah yang diangkut, pada umumnya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sementara hanya 9% dari sampah tersebut yang layak dan dapat didaur ulang.
Dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2019 dan sejalan dengan Unilever Sustainable Living Plan (USLP); strategi untuk terus meningkatkan bisnis seraya mengurangi setengah dampak lingkungan yang ditimbulkan dan meningkatkan manfaat sosial bagi masyarakat, Unilever kembali menunjukkan komitmennya dengan meluncurkan penambahan 8 titik kumpul flexible plastics (FP) atau kemasan multilayer yang salah satu contohnya adalah kemasan sachet.
“Unilever memahami bahwa permasalahan sampah merupakan hal yang harus ditanggulangi bersama. Sebagai perusahaan yang berada di Indonesia selama lebih dari 85 tahun, kami memiliki komitmen yang kuat dalam membantu berperan aktif mengatasi permasalahan sampah, terutama sampah FP atau kemasan multilayer. Hal ini sejalan dengan tujuan kami untuk mengurangi jejak lingkungan yang dihasilkan dari operasi bisnis kami,” terang Sinta Kaniawati, Head of Sustainable Business dan Yayasan Unilever Indonesia, dalam siaran pers Kamis (28/2/2019).
Adapun 8 titik kumpul (dropping points) sampah berjenis FP atau kemasan multilayer di 8 kota di Indonesia, antara lain; Jakarta, Bandung, D.I Yogyakarta, Sidoarjo, Denpasar, Medan, Balikpapan, dan Makassar.
Lebih lanjut dijelaskan, penambahan titik kumpul sampah FP atau kemasan multilayer yang merupakan bentuk nyata Extended Stakeholders Responsibility (ESR) demi menarik partisipasi masyarakat untuk mulai menggalakkan pemilahan sampah.
Menurut Sinta, 8 titik kumpul FP ini menjadi model untuk bisa membantu masyarakat luas terutama di ‘tempat umum’ dan memperkuat jaringan 2,800+ Bank Sampah yang ada serta upaya kolektif bersama industri (PRAISE) untuk program Drop Box.
Adapun sampah FP atau kemasan multilayer selama ini dianggap bermasalah karena tidak ada solusi pengolahan sehingga menjadi residu dan berakhir di TPA. Pendekatan ekonomi sirkular dilakukan oleh Unilever untuk memanfaatkan materi tersebut sebagai bahan baku yang memiliki nilai untuk kembali digunakan sebagai kemasan baru melalui teknologi CreaSolv® sebagai yang pertama dan satu-satunya di dunia.
“Sampah FP yang terkumpul akan disalurkan ke pabrik percontohan CreaSolv® yang terletak di Sidoarjo, Jawa Timur. Melalui inovasi ini, dharapkan model ekonomi linear dalam penggunaan plastik, yakni ‘ambil-gunakan-buang’ dapat diubah menjadi model ekonomi sirkular, yakni ambil-gunakan-daur ulang-ambil,” terangnya.
Lebih lanjut dikatakan, mengatasi permasalahan sampah bukanlah hal yang mudah, diperlukan peran aktif dari berbagai pihak untuk bisa menanggulangi permasalahan sampah.
“Unilever percaya bahwa permasalahan sampah akan bisa diatasi dengan menerapkan kerangka kerja Extended Stakeholder Responsibility (ESR) – Tanggung Jawab Para Pihak yang Diperluas, atau konsep kerangka kerja yang holistik, inklusif serta terintegrasi. Kerangka kerja ESR melibatkan setiap fungsi dan peran semua pihak yang bersentuhan dengan permasalahan sampah dan mensinergikannya sebagai sebuah solusi yang efektif dan berkelanjutan,” jelas Sinta.
Ditambahkan, secara global, Unilever memiliki tiga komitmen kuat dalam hal kemasan, yaitu membuat 100% kemasan plastik yang digunakan dapat didaur ulang, digunakan kembali, atau diurai di tahun 2025, menggunakan minimal 25% konten plastik daur ulang dalam kemasan plastiknya dan mengurangi sepertiga berat kemasan plastiknya pada tahun 2020.
“Inisiatif baru dapat berjalan efektif jika seluruh pemangku kepentingan dalam mata rantai sampah dari hulu ke hilir bekerja sama dan mengoptimalkan peran masingmasing (ESR), termasuk dukungan peningkatan kapasitas infrasturktur yang mencukupi serta kebijakan yang kondusif. Melalui momentum HPSN 2019 ini, para penggiat sampah atau masyarakat luas semakin teredukasi dan memulai gerakan pilah sampah di lingkungan mereka dan membawanya ke titik kumpul terdekat. Dengan partisipasi para penggiat sampah yaitu Generasi Pilah Sampah (GEMPAH) ini, Mari kita wujudkan Indonesia bersih!” tandas Sinta.