Jakartakita.com – Konsumen di seluruh dunia menunjukkan optimisme yang kuat akan kesejahteraan finansial mereka, khususnya di negara-negara berkembang di Asia Pasifik, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin.
Demikian disebutkan studi terbaru dari perusahaan pengukuran global, Nielsen yang dirilis baru-baru ini.
Studi bertajuk ‘Nielsen Changing Consumer Prosperity’, yang mengukur sentimen konsumen terhadap keadaan keuangan dan keinginan berbelanja mereka tersebut, menemukan bahwa 58% konsumen global percaya bahwa mereka secara finansial lebih makmur dibandingkan lima tahun lalu.
“Konsumen Asia Pasifik adalah yang paling positif tentang keadaan keuangan mereka, dengan 70% merasa lebih optimistis daripada lima tahun lalu, diikuti oleh Afrika dan Timur Tengah (52%), dan Amerika Latin (49%),” ungkap studi Nielsen seperti dilansir dari siaran pers Jumat (08/3/2019).
Di sisi lain, konsumen di negara maju kurang optimistis. Kurang dari setengah konsumen di Amerika Utara (46%) percaya status keuangan mereka telah meningkat selama lima tahun terakhir, dan hanya lebih dari sepertiga konsumen di Eropa (37%) merasa lebih baik secara finansial daripada lima tahun yang lalu.
Di wilayah Asia Pasifik, tujuh negara masuk dalam 10 negara tertinggi dengan sentimen keuangan paling positif, bersama dengan Kolombia, Rumania, dan Pakistan yang juga menempati urutan 10 besar.
Adapun konsumen Vietnam adalah yang paling positif tentang keadaan keuangan mereka dengan 86 persen merasa lebih optimis daripada lima tahun lalu, diikuti oleh China dengan 81 persen dan di posisi ketiga yaitu konsumen Indonesia dengan sebanyak 75 persen yang menyatakan lebih optimis terhadap keadaan keuangan mereka dibandingkan lima tahun lalu.
Laporan Nielsen juga mengungkapkan bahwa secara global 44% konsumen membelanjakan uang lebih banyak untuk bahan makanan selama lima tahun terakhir.
Afrika dan Timur Tengah memimpin dengan setengah (50%) dari konsumen membelanjakan lebih banyak untuk bahan makanan, diikuti oleh Amerika Latin (47%), Asia Pasifik (46%), Eropa (39%) dan Amerika Utara (33%).
Kategori lain yang mendorong peningkatan pengeluaran konsumen secara global adalah komunikasi teknologi, pendidikan, perjalanan, dan perawatan kesehatan.
Sebaliknya, untuk konsumen Indonesia, hasil studi Changing Consumer Prosperity menunjukkan bahwa lebih dari setengah (57%) konsumen membelanjakan lebih banyak untuk teknologi dan komunikasi selama lima tahun terakhir.
Konsumen Indonesia juga berbelanja lebih banyak untuk Pendidikan (50%), Bahan Makanan (46%), Video/Musik/Layanan Internet (43%) dan Travel (36%) dalam lima tahun terakhir.
Meskipun sentimen konsumen menguat di sisi keuangan mereka, banyak yang merasakan tekanan dari kenaikan biaya hidup. Secara global, hanya 15% konsumen merasa mereka dapat berbelanja dengan bebas. Namun kabar baiknya adalah, angka ini berbeda dengan konsumen Indonesia karena masih sekitar 19 persen konsumen Indonesia merasa bebas untuk berbelanja.
“Dari hasil studi ini tercatat bahwa banyak konsumen merasa lebih stabil secara finansial daripada yang mereka rasakan di masa lalu, dan untuk konsumen Indonesia, hasil temuan dari studi tentang Keyakinan Konsumen di kuartal empat tahun lalu menunjukkan bahwa keinginan atau kepercayaan konsumen untuk berbelanja meningkat,” kata Agus Nurudin, Managing Director, Nielsen Indonesia.
“Lanskap ritel memang sedang mengalami perubahan di banyak negara karena konsumen menyesuaikan pengeluaran mereka berdasarkan prioritas pribadi dan harga. Para pemilik merek juga perlu menyesuaikan bisnis mereka agar tetap bisa meraih peluang untuk bertumbuh,” tandasnya.