Hadapi Era Industri 4.0, Kemenkes Dorong Pembangunan SDM Kesehatan

foto : jakartakita.com/fahrul anwar

Jakartakita.com – Setelah fokus pada bidang infrastruktur, atas arahan Presiden Joko Widodo, saat ini pemerintah telah mempersiapkan sumber daya manusia guna menyongsong era industri 4.0.

Hal ini bertujuan untuk menciptakan SDM handal sebagai penyokong hidup manusia dalam menghadapi era digital. 

Terkait hal ini, Kementerian Kesehatan RI melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Hasilnya, telah terjadi perbaikan baik sumber daya manusia (SDM) maupun fasilitas kesehatan dengan harapan mampu bersaing di era digital 4.0.

Perbaikan itu dilakukan pada tataran SDM, pemerataan fasilitas kesehatan, pemerataan tenaga kesehatan, dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diwujudkan dalam Program Indonesia Sehat.

Menurut Menkes Nila Moeloek, pemerintah mendorong pembangunan kesehatan melalui Program Indonesia Sehat. Dimana dalam program ini terdapat 3 komponen, yakni Mewujudkan Paradigma Sehat, Penguatan Pelayanan Kesehatan, dan Jaminan Kesehatan Nasional. 

“Program tersebut dilaksanakan dengan Pendekatan Keluarga sehingga keluarga sehat dapat terwujud,” ujar Menkes Nila Moeloek di Jakarta, Selasa (12/3/2019).

Terkait perbaikan SDM, Menkes Nila mengatakan, Program Indonesia Sehat telah menunjukkan perbaikan seperti pada kesehatan ibu dan anak.

Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami penurunan dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 (SDKI,1990) menjadi 305 per 100.000 per kelahiran hidup (SUPAS, 2015). 

Menkes Nila mengaku, adanya penurunan AKI dan AKB terjadi karena beberapa faktor, yakni hampir di seluruh Puskesmas yaitu sebanyak 9456 Puskesmas telah melaksanakan kelas ibu hamil, 96,1% ibu hamil pernah mendapatkan pelayanan antenatal sekali selama kehamilannya, 86% ibu hamil periksa sekali sewaktu trimester I, dan 74,1% ibu hamil periksa sesuai standar, serta persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan telah mencapai 86%.

Lebih lanjut, Menkes Nila menjelaskan, saat ini status gizi masyarakat mengalami perbaikan. Berdasarkan Riskesdas, persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) di tahun 2013 sebesar 24,2% dan pada tahun 2018 mengalami penurunan yaitu sebesar 17,3%.

Persentase Balita stunting di tahun 2013 sebesar 37,2% dan menurun menjadi 30,8% di tahun 2018. Upaya pencegahan dan penanggulangan masalah gizi terutama stunting juga sudah mengalami peningkatan. 

Sedangkan untuk Balita wasting (kurus dan sangat kurus) di tahun 2013 sebesar 12,1% dan turun menjadi 10,2% pada tahun 2018. 

Perbaikan juga dilaksanakan pada pengendalian penyakit menular seperti upaya pengendalian penyakit tuberculosis paru dapat dilihat dari angka keberhasilan pengobatan TB pada tahun 2018 mencapai 86% dan terdata 1.508.864 pasien telah diobati sejak 2015. 

Selain itu, terkait perbaikan di bidang fasilitas kesehatan, dalam rangka pemerataan fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Kemenkes telah melakukan upaya afirmatif melalui dana alokasi khusus.

“Kementerian Kesehatan melakukan upaya afirmatif dengan mengalokasikan dana alokasi khusus afirmasi bidang kesehatan tahun 2018 sehingga pemerintah daerah dapat membangun puskesmas daerah tertinggal dan perbatasan,” papar Menkes Nila. 

Adapun pembangunan Puskesmas daerah tertinggal dan perbatasan pada Tahun 2018 sebanyak 249 Puskesmas Perbatasan dan Daerah Tertinggal di 49 Kabupaten dibandingkan Pembangunan 110 Puskesmas Perbatasan di 48 Kab/Kota di Tahun 2017. 

Tahun ini, direncanakan pembangunan Puskesmas di daerah Perbatasan dan Tertinggal sebanyak 270 Puskesmas di 98 kabupaten/kota. 

Selain Puskesmas, pembangunan RS Pratama juga merupakan salah satu program prioritas Kementerian Kesehatan RPJMN 2015, 2019 dalam mendekatkan akses daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan atau sering disebut 3 T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).

Program ini untuk memenuhi kebutuhan akses pelayanan kesehatan yang masih minim di daerah-daerah pelosok.

Pembangunan RS Pratama dengan target indikator 64 RS Pratama dibangun dalam 5 tahun (kumulatif).

Tahun 2015 telah  terbangun 22 RS Pratama, tahun 2016 telah terbangun 12 RS Pratama, tahun 2017 telah terbangun 17 RS Pratama, tahun 2018 telah terbangun 10 RS Pratama, dan tahun 2019 direncanakan dibangun 3 RS Pratama.

Selanjutnya, dalam mengurangi ketimpangan pelayanan kesehatan dengan peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan, Kementerian Kesehatan sejak tahun 2015 hingga September 2018 melakukan pemerataan tenaga kesehatan. Kemenkes telah menempatkan tenaga kesehatan melalui “Nusantara Sehat” baik secara tim maupun individu. 

Sebanyak 7.377 tenaga kesehatan yang tersebar di 1.661 Puskesmas Daerah Terpencil, Perbatasan, dan Kepulauan di 361 Kab/Kota di 29 Provinsi.

Selama 4 tahun telah memberikan beasiswa pada 3.601dokter untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis.

Lebih lanjut diungkapkan, Kementerian Kesehatan dari tahun 2016 sampai 2018 juga telah menempatkan Calon Dokter Spesialis (Residen) sebanyak 1.787 orang dan Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) sebanyak 2.039 orang yang tersebar di 631 Rumah Sakit.

Sebagai perwujudan pilar ketiga Program Indonesia Sehat, kepesertaan JKN KIS mengalami peningkatan setiap tahunnya sejak tahun 2014.

Pada akhir 2014 tercatat kepesertaan sebanyak 133,4 juta jiwa dan terus meningkat tahun 2018 mencapai 207,8 juta jiwa dan pada bulan februari 2019 mencapai 217 juta jiwa.

Adapun dalam upaya menyosong perkembangan era industri 4.0, Kementerian Kesehatan membuat aplikasi telemedicine berbasis web, yang bermanfaat untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan khususnya untuk daerah-daerah yang sulit terjangkau. 

Diantaranya aplikasi telemedicine berbasis Web dimana menu aplikasi yang dikembangkan saat ini adalah:

1. Tele radiologi    : memberikan ekspertise pemeriksaan radiografi untuk mendukung hasil diagnosis.

2. Tele USG   : memberikan ekspertise pemeriksaan EKG untuk mendukung hasil diagnosis.

3. Tele EKG   : memberikan ekspertise pemeriksaan USG untuk mendukung hasil diagnosis

4. Tele Konsultasi   : melakukan konsultasi online melalui video dari pasien kepada dokter spesialis.

“Di era global dan digital ini dibutuhkan kompetensi tenaga kesehatan yang lebih kompleks, selain kompetensi profesional, diperlukan kompetensi baru berupa literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia dilengkapi dengan kompetensi interprofesional agar dapat membangun kultur pelayanan kesehatan secara interdisiplin,” terang Menkes.

“Tentunya, dengan berubahnya zaman yang mengarah ke arah digital seperti saat ini, memang semua itu tak bisa dihindari. Tetapi era industri 4.0 ini justru banyak membuat orang memiliki scale dan memberikan kecerdasan bagi banyak orang sehingga dengan bekal yang mumpuni yang dapat kami berikan itu SDM kita akan memiliki daya saing,” tandas Menkes Nila. (Fahrul Anwar)

era digitalera industri 4.0Jaminan Kesehatan NasionalMenteri Kesehatanpembangunan SDMProgram Indonesia Sehat
Comments (0)
Add Comment