Jakartakita.com – Bisa melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci untuk menyempurnakan Rukun Islam, merupakan dambaan umat Islam, termasuk generasi millenial.
Selain beribadah untuk diri sendiri, banyak juga generasi millennial yang bercita-cita mengajak keluarganya dalam ibadah ke Tanah Suci.
Oleh sebab itu, untuk mewujudkan hal itu, penting kiranya bagi para Milenial untuk merencanakan ibadah haji dan umrah termasuk pembiayaannya dengan baik.
Menindaklanjuti hal tersebut, Narada Asset Management, melalui kampanye #investasibukanpunyaorangkayasaja dan #investasipunyasemuaorang mengajak millennial untuk mulai mengelola keuangan pribadi dan menggiatkan berinvestasi sejak dini untuk mencapai tujuan yang diinginkan, salah satunya ibadah ke Tanah Suci.
Chief Marketing Officer Narada Asset Management, N. Anie Puspitasari menjelaskan, perencanaan ibadah haji dan umrah, meliputi; waktu, kebutuhan dan biaya.
“Kapan waktu untuk berhaji/umrah menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan biayanya. Kebutuhan yang diperlukan sebelum berangkat hingga kembali ke Tanah Air juga turut menentukan besaran biaya. Total pembiayaan akan menentukan besaran investasi yang dibutuhkan dalam periode waktu yang sudah ditentukan,” jelasnya di Jakarta, Selasa (21/5).
Lebih lanjut diungkapkan, perencanaan keuangan yang baik dimulai dengan mengetahui kemampuan finansial masing-masing dan menentukan tujuan yang akan dicapai.
“Untuk beribadah ke Tanah Suci, tidak hanya diperlukan persiapan mental namun juga finansial, terutama persiapan untuk naik haji dimana dalam melakukan pendaftaran haji dan mendapatkan nomor porsi haji dibutuhkan setoran awal Rp 25 juta untuk kemudian menunggu keberangkatan hingga 16-23 tahun,” terangnya.
“Sedangkan untuk ibadah umrah memiliki waktu yang lebih fleksibel tergantung kesiapan dari masing-masing orang. Mengingat waktu tunggu yang sangat lama, maka sebaiknya mulai menyiapkan biaya awal ini dari sekarang agar ketika sampai di waktu keberangkatan, kita masih bisa beribadah dalam keadaan sehat dan mampu mengikuti semua kegiatan ibadah di Tanah Suci,” sambung Anie.
Anie juga mengatakan, biaya awal ini seringkali tidak direncanakan sehingga hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengelola keuangan untuk menyiapkan biaya ini.
“Beberapa hal penting yang harus diperhatikan adalah; pertama, setiap orang harus memiliki komitmen untuk menyisihkan dana, baik itu melalui tabungan atau investasi. Kedua, perhatikan pos-pos pengeluaran, yang tidak penting sebaiknya dihindari. Ketiga, memilih instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko, jangka waktu, dan kemampuan finansial,” jelasnya lagi.
Ditambahkan, salah satu produk yang memberikan manfaat relatif lebih besar dibandingkan jenis investasi lainnya seperti menabung adalah berinvestasi di reksa dana. Investasi reksa dana dikelola oleh manajer investasi dan bisa dimulai dengan nominal yang sangat terjangkau mulai dari Rp 100.000 dengan tingkat return yang relatif lebih tinggi berkisar antara 10% – 20% untuk reksa dana saham.
Saat ini, Narada Asset Management juga ingin memperkenalkan produk reksa dana terbaru yang baru saja disetujui oleh OJK, yaitu Reksadana Syariah “Narada Saham Berkah Syariah” dan akan diluncurkan dengan harga perdana NAB 1000.
“Produk ini bisa dijadikan alternatif pilihan bagi millennial yang ingin berangkat haji atau umrah,” ujarnya.
“Melalui kampanye #investasibukanpunyaorangkayasaja dan #investasipunyasemuaorang, Narada ingin menunjukkan bahwa investasi bukan hanya untuk mereka yang berkecukupan, tapi untuk semua, termasuk para millennial. Semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk berinvestasi dan menikmati hasil investasi yang sama. Kami berharap, edukasi ini bisa membantu para millennial dalam merencanakan investasi untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah dengan pengelolaan keuangan yang tepat,“ jelas Anie.
Senada dengan Anie, Muhammad Dzulfahmi, Manager Angkat Koper (tour/travel Haji dan Umrah) mengatakan, perbedaan umum yang harus diketahui mengenai haji dan umrah adalah pada waktu dan tempat.
Umrah dapat dilaksanakan sewaktu- waktu (setiap hari, setiap bulan, setiap tahun) dan hanya di Mekkah, sedangkan Haji hanya dapat dilaksanakan pada beberapa waktu antara tanggal 8 Dzulhijjah hingga 12 Dzulhijjah serta dilaksanakan sampai ke luar kota Mekkah.
“Karena untuk melaksanakan ibadah umroh tidak ada kuota, namun untuk Haji, terdapat kuota yang menyebabkan antrian bagi jamaah yang ingin beribadah. Lama antrian setiap wilayah juga berbeda- beda, mulai 16–23 tahun waktu menunggu untuk ONH Regular dan 6–9 tahun untuk ONH Plus. Perbedaan waktu ini mempengaruhi biaya yang perlu disiapkan untuk melaksanakan ibadah ke tanah suci,” ujar Dzulfahmi.
“Biaya yang dibutuhkan untuk umrah dimulai dari harga Rp 23,5 juta, sedangkan untuk perjalanan Haji dimulai dari harga Rp 45 juta yang sudah mengakomodir transportasi, akomodasi, makanan, dan kebutuhan pokok selama beribadah. Namun ada kebutuhan tak terduga yang perlu diperhatikan juga baik dalam persiapan maupun ketika sudah berada di Tanah Suci, seperti kenaikan kurs dollar, pulsa, kelebihan bagasi, belanja berlebih, suntik meningitis, sampai baju yang digunakan untuk menyesuaikan dengan cuaca di Tanah Suci. Komponen biaya yang tidak terlihat ini justru terkadang lebih besar daripada pembiayaan untuk kebutuhan utama ketika ibadah,” ungkap Dzulfahmi. (Fahrul Anwar)