Jakartakita.com – Setelah bertahun-tahun bermusik di luar negeri, tepat tanggal 28 Mei 2019 lalu, grup band rock asal Bandung, Speaker First resmi menjadi bagian dari Label International asal Jerman, BMG.
Setelah melalui proses panjang, Speaker First akhirnya resmi menandatangani kontrak bersama Thomas Scherer, Executive Vice President Repertoire & Marketing Los Angeles dan Marian Alexander Wolf, Vice President Head of Global Writer Service at BMG.
Kontrak ini sekaligus membuat Speaker First menjadi band Indonesia pertama yang masuk menjadi keluarga BMG bersama dengan nama-nama beken, seperti; Tame Impala, The Charlatans, Frank Ocean, Iron Maiden, dan Coldplay.
Saat ini, Speaker First tengah mempersiapkan materi baru berisikan 6 Iagu, yang nantinya akan dirilis secara global bersama BMG.
Dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (20/6/2019), Mahattir Alkatiry (vokal) mengaku sangat senang dengan penandatanganan kontrak dengan BMG dan tidak sabar untuk mempromosikan materi baru mereka.
“Ini adalah awal dari perjuangan kami ke ‘kolam’ Industri yang lebih besar dan semoga ini menjadi awalan yang baik untuk band – band Indonesia untuk Go International,” ucap Attir, sapaan akrabnya yang didampingi dua gitaris kembar Beri Barnady dan Bony Barnady serta Satria Ramadhan selaku perwakilan dari Vulcan Entertaiment yang menjadi booking agent Speaker First di Indonesia.
Asal tahu aja, Speaker First terbentuk pada tahun 2002 sempat merilis dua album ‘Whatever You Say’ bersama Sony Music Indonesia (2004) dan ‘Dunia Milik Kita’ bersama Duta Musik (2009).
Sempat vakum sejak tahun 2013, Speaker First kembali bangkit di tahun 2016 dan lebih sering tampil di luar negeri, seperti Woodstock Festival 2017 di Polandia, Liverpool Sound City Festival 2018 dan Musexpo 2018 di Los Angeles, Amerika.
Pada 2017, Speaker First sempat merilis single “The Anthem” dan “Break Your Soul” yang sempat bertengger di Top Chart Amerika Serikat.
Kedepannya, Speaker First lebih berkonsentrasi bermusik di luar negeri terutama di Amerika Serikat dan Jerman.
“Alasannya karena Amerika Serikat merupakan kiblat musik dunia dan Jerman adalah tempat dimana label BMG berpusat,” tandas Attir. (Edi Triyono)