Jakartakita.com – Masih mengangap influenza adalah penyakit ringan?
Faktanya, data WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa influenza menyebabkan 500.000 kematian setiap tahunnya dan 70 persen dari kasus kematian tersebut dialami oleh lansia.
Perlu diketahui bahwa influenza merupakan penyakit saluran napas akut yang mudah menular dan virusnya telah menyebar hingga ke seluruh penjuru dunia.
Mudahnya penularan virus influenza yang dapat terjadi melalui udara dan percikan ludah akibat kontak langsung dari seseorang yang sudah lebih dulu terinfeksi membuat penyebaran virus ini menjadi tidak terbendung.
Di sebuah acara baru-baru ini di Jakarta, Joselito Sta. Ana, MD., President Director Sanofi Indonesia dan General Manager Sanofi Pasteur Indonesia mengatakan, pencegahan influenza dapat dilakukan melalui vaksinasi yang harus dilakukan setiap tahun. Namun, rendahnya kesadaran masyarakat mengenai upaya pencegahan menyebabkan influenza masih menjadi masalah kesehatan utama.
“Sebagai pemimpin industri vaksin di dunia, pasien adalah fokus utama Sanofi Pasteur. Setiap orang dan termasuk orang yang sehat sekali pun, berisiko terinfeksi influenza. Untuk memberikan pemahaman yang tepat mengenai influenza, risiko komplikasi yang bisa terjadi dan upaya pencegahannya, Sanofi Pasteur bermitra dengan Indonesia Influenza Foundation (IIF) dan Satgas Imunisasi Dewasa, mengadakan kegiatan edukasi dengan media mengenai pentingnya vaksin influenza yang sesuai untuk melindungi lansia, tenaga kesehatan dan kelompok risiko tinggi,” jelasnya, seperti dilansir dari siaran pers yang diterima Jakartakita.com, kemarin (07/7).
“Vaksinasi merupakan suatu investasi kesehatan di masa depan. Kami berharap, melalui kegiatan ini, masyarakat dapat segera mengambil upaya pencegahan dini melalui vaksinasi influenza sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan mereka secara optimal,” ungkapnya lagi.
Lebih lanjut diungkapkan, komplikasi akibat influenza pun dapat terjadi pada kelompok berisiko tinggi yaitu anak-anak, orang lanjut usia di atas 65 tahun, individu dengan penyakit kronis, dan ibu hamil. Komplikasi akibat influenza dapat berupa radang paru, infeksi telinga, dan sinus.
Tidak hanya itu, lanjutnya, influenza juga dapat memperburuk kondisi medis seperti gagal jantung kongestif, asma, atau diabetes hingga menyebabkan kematian.
Sementara itu, Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI, Ketua Satgas Imunisasi Dewasa PB PAPDI menegaskan, “Vaksinasi influenza direkomendasikan oleh berbagai lembaga kesehatan, seperti WHO16 dan Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI5, terutama bagi mereka yang menderita penyakit kardiovaskuler. Vaksinasi merupakan cara efektif untuk mencegah infeksi dan komplikasi yang ditimbulkan oleh virus influenza.”
Asal tahu saja, data studi memperlihatkan bahwa vaksinasi influenza pada penderita kardiovaskuler dapat menurunkan risiko serangan jantung hingga 67% dan menurunkan risiko stroke sebanyak 24%.
Bahkan, infeksi saluran napas oleh virus influenza dapat meningkatkan risiko terkena stroke dan serangan jantung 3 hingga 5 kali lipat dalam 3 hari setelah terinfeksi.
“Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI juga merekomendasikan pemberian vaksin influenza pada penyandang diabetes untuk menurunkan risiko terinfeksi virus influenza yang menyebabkan rawat inap, perawatan di unit intensif, dan kematian,” tambah Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI.
Sementara itu, salah satu cara melindungi diri dan orang-orang di sekitar kita dari influenza adalah melalui vaksinasi influenza.
Sebagai Ketua Indonesia Influenza Foundation (IIF), Prof. dr. Cissy B Kartasasmita, SpA(K), PhD menjelaskan bahwa, “Vaksinasi influenza merupakan cara pencegahan yang terbukti efektif dari segi biaya (cost-effective). Vaksinasi influenza efektif memberikan perlindungan hingga 90% bagi seseorang yang menerima vaksin dalam kondisi sehat, berusia kurang dari 65 tahun, dan menerima vaksin dengan galur (strain) yang sama dengan galur virus influenza yang beredar. Vaksin influenza membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu dalam proses membentuk antibodi setelah vaksinasi dilakukan.”
Selanjutnya, vaksin dapat bertahan kurang lebih 1 tahun karena seringkali terjadi mutasi virus. Hal ini disebabkan adanya antigenic drift atau mutasi minor (ringan) saat virus influenza melakukan replikasi sehingga bersirkulasi virus galur yang baru.
Oleh karena itu, vaksinasi influenza perlu dilakukan secara rutin setiap tahun. Efektivitas vaksinasi juga bergantung pada galur dalam vaksin influenza, sebab galur virus influenza dapat berubah setiap tahun.
Kondisi tersebut diatas menjadi latar belakang WHO mengeluarkan rekomendasi tahunan komposisi galur virus influenza yang dapat dibedakan menjadi NH (Northern Hemisphere) dan SH (Southern Hemisphere).
Adapun perkembangan teknologi kesehatan memungkinkan 4 galur virus yaitu 2 galur A dan 2 galur B, terdapat dalam satu vaksin influenza. Vaksin ini dikenal dengan nama vaksin influenza kuadrivalen.
Jumlah vaksinasi influenza yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, cakupannya hanya berkisar 500.000 dosis vaksin per tahun.
Jika ditinjau dari sisi kelompok berisiko, cakupan vaksinasi influenza di kalangan petugas kesehatan di Indonesia pun masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan Singapura, Korea Selatan, Thailand. Negara-negara tersebut bahkan mewajibkan vaksinasi influenza secara rutin setiap tahun untuk melindungi petugas kesehatan serta mencegah penularan influenza kepada pasien.
“Influenza bukanlah penyakit yang sepele. Terutama di negara tropis seperti Indonesia, di mana flu bisa terjadi tidak hanya di musim hujan. Sudah saatnya masyarakat Indonesia melakukan pencegahan influenza melalui vaksinasi yang sesuai agar terlindungi secara efektif, terutama bagi kaum lansia dan tenaga kesehatan,” tandas Ketua PERGEMI, Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD, K-Ger.