Jakartakita.com – Di acara Bincang Santai bertajuk ‘Solusi Pengelolaan Negara Berdasarkan Analisa SWOT NKRI’, yang digelar Koperasi Daya Artha Raya di Jakarta, Rabu (14/8) lalu, pengusaha Mardigu Wowiek Prasantyo, yang juga pernah menjadi staf khusus Kementerian Pertahanan dan pengamat terorisme, mengungkapkan kegelisannya sebagai seorang anak bangsa yang peduli terhadap kondisi Negara ini, tentang geopolitik, geoekonomi dan geostrategic, yang selama ini ia sampaikan lewat tayangan di media sosial You Tube.
Ini dilakukannya untuk memberi pencerahan sekaligus solusi pada banyak orang untuk berpikiran out of the box, untuk mengubah belief system bangsa Indonesia menjadi bangsa yang disegani di dunia.
“Saya membuat kurang lebih ada 60 video di YouTube yang berisikan politik, ekonomi, dan kebudayaan yang bersifat kenegaraan. Saya melihat bangsa Indonesia saat ini sedang dalam kondisi yang berat, saya ingin membantu dengan memberikan sedikit solusi,” ucap Mardigu kepada Jakartakita.com di sela-sela kegiatan acara.
“Ada beberapa poin yang saat ini menjadi perhatian saya, karena saat ini masyarakat kita hanya fokus pada politik, dimanapun yang dibahas adalah situasi politik. Padahal ada beberapa hal lain yang perlu jadi perhatian, seperti 7 gatra yang ada di Indonesia, antara lain; gatra ekonomi dan juga budaya,” jelasnya lagi.
Ia menambahkan, jika pemerintah concern dengan apa yang dimiliki oleh negara, Indonesia bisa menjadi salah satu negara yang mempunyai aset terbesar di dunia.
Mardigu juga melihat, hanya Indonesia satu-satunya (negara) yang tidak mempunyai badan intelijen pertahanan negara, sehingga kondisi ini dikhawatirkan dapat menggoyahkan pemerintahan. Karena negara luar, bisa dengan mudah mempengaruhi pertahanan bahkan ekonomi bangsa (Indonesia) dari dalam.
“Indonesia tidak punya intelijen pertahanan negara yang dalam bahasa lain defence intelegency agency. Indonesia tidak punya. Saya khawatir, ini nantinya akan mempengaruhi masa depan Indonesia,” tutur Mardigu.
“Dengan adanya video yang di upload di konten YouTube ini, paling tidak kita bisa mempengaruhi masyarakat yang melihatnya dan juga pemerintah untuk sama-sama menjalankan gagasan tersebut yang dapat diserap oleh masyarakat dan menjadi presure bagi pemerintah juga,” ujarnya lebih lanjut.
“Negara ini bukan hanya butuh second opinion, tapi third atau five opinion, bahwa inilah salah satu cara bernegara yang patut kita pahami. Paling tidak kita bisa melawan hegemoni,” tandasnya. (Edi Triyono)