Jakartakita.com – Rabu (25/9) di Jakarta, WiME (Women in Mining & Energy) menggelar workshop dan seminar yang membahas isu gender yang sering ditemukan dalam industry pertambangan dan energy, diantaranya terkait dengan rendahnya tingkat partisipasi perempuan, perbedaan perlakuan yang diterima dan kurangnya manfaat (benefit) yang didapatkan.
WiME sendiri merupakan sebuah kelompok kerja yang bertujuan menginisiasi kemitraan dengan pemerintah, sektor swasta dan para pemangku kepentingan lainnya melalui pendidikan dan pengelolaan pengetahuan untuk mengadvokasi kesetaraan gender di sektor pertambangan dan energy.
Di kesempatan tersebut, Noormaya Muchlis selaku Executive Director WiME mengatakan, akan berupaya terus melaksanaan kegiatan Ruang XY ini sehingga dapat menginspirasi dan memotivasi para kaum perempuan Indonesia untuk terus berkarya terutama yang bekerja di sektor tambang dan energy, dimana dalam industry ini masih dikenal sangat didominasi oleh kaum pria di dalamnya.
“Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap dua bulan sekali dan dikemas dalam bentuk diskusi Ruang XY dimana setiap peserta bebas mengutarakan pendapat dan opini mereka tentang topik yang diberikan dan ini merupakan kegiatan ke-5 dari total kegiatan yang telah dilakukan,” ucap Noormaya, dalam keterangan pers, Rabu (25/9).
Sesi pertama dibuka oleh Meidawati selaku Direktur Pertamina Hulu Energi (PHE) yang mengungkapkan, bahwa keberhasilan dalam karir di dunia pertambangan dan energy tidak lepas dari dukungan semua pihak organisasi yang mendukung, rekan kerja yang professional serta peran keluarga yang selalu memotivasi selama perjalanan karir sampai dengan saat ini.
“Profesionalisme dalam bekerja mutlak harus dijunjung tinggi tanpa membedakan gender ataupun latar belakangnya,” ujarnya.
Sementara itu, Febriany Eddy selaku Deputy CEO PT Vale Indonesia Tbk menyampaikan tentang keberhasilan yang telah diraih saat ini, dengan semangat inovasi dan profesionalisme bekerja yang tinggi wajib dimiliki setiap perempuan di Indonesia.
“Work life balance sangat menjadi perhatian yang tinggi karena tantangan setiap perempuan dalam bekerja adalah tetap memberikan perhatian kepada seluruh anggota keluarga,” jelasnya.
Sedangkan Meri Geraldine, yang merupakan pendiri dari Garden of the Sun, sebuah perusahaan perhiasan yang berbasis di Bali, menceritakan tentang usaha yang dilakukannya untuk ikut bertanggung jawab terhadap rantai pasokan (supply chain) dengan ikut berkontribusi dalam pembinaan para wanita penambang rakyat ini untuk tidak menggunakan merkuri dalam kegiatan penambangan emas.
Ia juga mengajak para partisipan yang hadir untuk bersama-sama membeli perhiasan emas yang asalnya jelas dan tidak memberikan dampak yang buruk bagi wanita dan anak serta lingkungan.
Acara workshop ini juga di hadiri oleh Meidawati, Febriany Eddy, Marjolijn Wajong (Executive Director Indonesian Petroleum Association), Tino Ardhanto (President Director Micromine Indonesia), Velisia Gunawan (Financial Director Orica Mining Service), Lana Sariah (Kasubdit Keselataman Pertambangan ESDM) dan Adrianus Maliala dari Ombusdman Indonesia.
Dari kedelapan narsum, semua pembicara aktif menekankan bahwa perlunya para perempuan Indonesia membangun mental yang tangguh sehingga dapat terus berada di Industri yang didominasi oleh pria ini. (Edi Triyono)