Jakartakita.com – Presiden Republik Indonesia ke-3, BJ Habibie pernah bermimpi memiliki pesawat nasional yang bisa membawa nama Indonesia lebih harum.
Tak disangka, mimpi ini terwujud dengan diciptakannya pesawat R80 yang rencananya akan dirakit tahun ini dan mulai uji terbang tahun 2024 hingga mulai di jual tahun 2026 mendatang.
Ilham Akbar Habibie selaku Komisaris Utama PT Regio Aviasi Industri mengatakan, R80 adalah kelanjutan dari mimpi pesawat N250 yang terbang perdana 10 Agustus 1995. Namun, konsep pesawatnya disesuaikan dengan kemajuan zaman kekinian terkait teknologi dan sisi bisnis aviasinya.
“Pesawat R80 ini diteruskan, karena memang ini adalah proyek yang bapak (BJ Habibie) mulai bukan karena hobby bapak. Tapi ini keperluan negara dan bangsa, kita ini negara besar, bangsa yang besar dengan jumlah 250 juta penduduk lebih semuanya mengenal pesawat, makin lama makin banyak dalam keseharian atau dalam suatu pekerjaan menggunakan pesawat. Saya kira tidak salah memiliki pesawat sendiri, salah satu pasar di dunia ini dari dalam negeri, dan itu dari segi ekonomi. Adapun pesawat seperti ini memang diperlukan dan yang paling penting adalah banyak negara lain juga mau punya pesawat sendiri, tapi tidak punya kemampuannya, kita punya SDM-nya. Jadi, sudah puluhan tahun banyak sekali dari orang kita kuliah dan punya pengalaman kerja, misalnya; membuat, mendesign, menguji pesawat terbang. Dan momentum-nya memang sekarang, kalau seandainya tidak kita teruskan bisa saja sebagian sudah pensiun, bahkan ada yang meninggal dunia sehingga pengetahuan itu akan hilang. Jadi, kesempatan inilah yang harus kita ambil dan harus kita gunakan untuk meyelesaikan proyek seperti pesawat R80 ini. Tapi menurut keyakinan saya, pesawat R80 ini sangat layak terbang,” ungkap Ilham, sapaan akrabnya, saat di temui di pameran BJ Habibie Fair yang berlangsung di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (19/10).
Ilham menambahkan, “Insya Allah tahun 2024, kita bisa melihat pesawat ini terbang dulu, habis itu harus melalui proses sertifikasi uji terbang, di test sesuai peraturan Indonesia, Amerika dan Eropa. Kalau lulus, Insya Allah paling lambat tahun 2026, pesawat ini sudah digunakan oleh maskapai-maskapai penerbangan di Indonesia dulu.”
Menurut Ilham, Indonesia akan menjadi target market utama pesawat ini.
“Kita mulai di Indonesia dulu. Kenapa? Karena memang wajar, ini adalah perusahaan pesawat punya Indonesia, terutama di gunakan dulu oleh maskapai-maskapai di Indonesia. Nah, kalau sudah banyak di terbangkan (maskapai Indonesia), saya kira langkah berikutnya mulai menjual pesawat ini kepada negara-negara tetangga, seperti; Malaysia, Singapore, Philipina, Thailand dan Vietnam, mereka juga punya keperluan yang serupa seperti di Indonesia,” terang Ilham.
Ia melanjutkan, “Kalau sudah masuk ke dalam pasar ini, setelah itu kita (tawarkan) ke negara-negara seperti di Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika dan Asia. Saya kira logis, banyak peluang yang ada di dunia ini bukan hanya di Indonesia tapi langkah demi langkah kita mulai dulu dengan negara kita, karena kebetulan negara kita juga adalah pasar terbesar di dunia dengan pesawat sejenis.”
Ada banyak alasan bagi keluarga Habibie untuk menciptakan pesawat ini. Kondisi geografi Indonesia yang tersebar, jumlah penduduk yang banyak dan kemampuan ekonomi untuk membeli tiket pesawat. Strategi bisnisnya juga memperhitungkan kompetitor.
“Kita nggak akan bikin seperti Boeing dan Airbus, tapi di bawah itu yang secara marketing dan peluang bisnisnya besar,” kata Ilham.
Lebih lanjut diungkapkan, tantangan untuk mewujudkan R80 adalah soal pembiayaan. Ilham mengakui penundaan terbang ke tahun 2024 adalah karena masalah pembiayaan.
“Insya Allah kita lagi dalam (proses) penggalangan dana, kita kontinyu melakukan itu. Saat ini belum ada campur tangan pemerintah, murni swasta. Mayoritas (dana) keluarga, tapi juga ada investor dari luar,” tandasnya. (Edi Triyono)