Jakartakita.com – Produk fashion yang bersifat ramah lingkungan, sering disebut dengan istilah Eco Fashion, Green Fashion atau Sustainable Fashion, beberapa tahun belakangan ini mendapat perhatian yang cukup besar dari anak muda di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Produk fashion dengan pewarna alam misalnya, mulai banyak dipakai oleh anak-anak muda. Mereka juga suka membeli produk lokal, made in Indonesia.
Demikian diungkapkan Merdi Sihombing selaku CEO Eco Fashion Indonesia yang menjadi pembicara utama dalam diskusi bertajuk ‘Eco Fashion Sebagai Gaya Hidup Anak Muda Indonesia’ di ajang Next GENEROUSion Festival, Minggu (03/11) malam.
“Artinya dengan membeli produk lokal, kita akan memangkas jejak karbon cukup besar. MembeIi produk dalam negeri, juga berdampak positif membantu meningkatkan perekonomian para perajin Indonesia,” kata Merdi Sihombing.
Event Next GENEROUSion Festival diselenggarakan oleh Filantropi Indonesia selama dua hari, tanggal 2-3 November 2019 di Epicentrum Walk, Jakarta.
Melalui event ini, Merdi mengajak remaja yang ada di Indonesia untuk memperkenalkan dan memupuk kepedulian terhadap lingkungan.
Salah satu bentuknya adalah mereka harus paham bahan baku yang mereka pakai. Mereka harus tahu juga seberapa banyak pakaian yang mereka pakai itu dapat menghidupi para pengrajin.
“Kebanyakan para pengrajin melupakan pewarna alam. Makanya, pada kesempatan ini, kami juga mengedukasi bagaimana memakai tumbuhan di sekitar mereka, seperti semak belukar dan warna buah-buahan untuk bisa menghasilkan warna yang indah,” beber Merdi.
Di kesempatan yang sama, Romy Mariani selaku Ketua Dekranasda Kabupaten Dairi, Pakpak, Sumatera Utara, yang juga menjadi pembicara di acara talkshow mengungkapkan, bahwa sejak dua bulan lalu sudah mulai melakukan pembinaan kepada ibu-ibu penenun ulos.
“Saat ini, baru ada 25 penenun yang sudah kami latih dan bina terkait skill mereka untuk menghasilkan tenun yang dikombinasikan dengan motif ulos. Kami memadukan empat motif ulos, yakni; PakPak, Simalungun, Karo, dan Toba, untuk menjadi aneka fashion seperti baju, scarf, dan aksesoris lainnya,” terangnya.
Tak hanya itu, lanjutnya, tim Dekranasda Kabupaten Dairi juga melatih para penenun untuk menggunakan pewarna alam, seperti kunyit dan tumbuh-tumbuhan, mengedukasi mereka dalam menetapkan harga, hingga membantu mereka memasarkan produk tenun.
“Dengan demikian, penghasilan mereka meningkat. Ke depan, kami berharap akan ada 200 penenun yang akan bergabung,” harap Romy, yang menyebutkan bahwa selain tenun, Dekranasda juga membina ibu-ibu untuk menghasilkan produk coklat, kopi, keripik, hingga pia khas Kabupaten Dairi.
Talkshow Eco Fashion Indonesia (EFI) ini dipandu oleh pegiat Eco Fashion dan Lingkungan Hidup, memperagakan designer karya Merdi Sihombing dan membahas berbagai hal menarik yang telah dikolaborasikan EFI dan BAZNAS yang bermitra dengan Sahabat Pulau lndonesia, salah satunya tentang projek Batik Eco-Fashion Community bernama Putri Berdikari Batik di Tuban. (Edi Triyono)