Jakartakita.com – Pertamina Foundation berkomitmen dalam mendukung penelitian kreatif untuk inovasi pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT).
Hal ini merupakan bentuk dukungan terhadap tercapainya Indonesia Mandiri Energi 2035 yang saat ini sedang digaungkan oleh pemerintah.
Terkait hal ini, bekerjasama dengan PT Pertamina (Persero), Pertamina Foundation menyelenggarakan kompetisi proyek inovasi EBT yang merupakan bagian dari Kompetisi Sobat Bumi 2020.
Pemenang dari proyek inovasi EBT akan mendapatkan kesempatan untuk mengimplementasikan ide inovasinya bersama dengan Pertamina Foundation melalui program PFSains.
Program PFSains mempunyai tujuan menghimpun hasil riset dan praktik-praktik energi alternatif yang implementatif untuk penyediaan energi di daerah terisolir atau 3T (tertinggal, terdepan dan terluar), serta berupaya menjawab permasalahan sampah perkotaan untuk inovasi bio-massa.
“Keunggulan sekaligus hal baru yang menantang dari PFSains adalah kompetisi prototype hasil penelitian para akademisi, praktisi dan masyarakat luas yang dapat diimplementasikan untuk menjawab permasalahan energi daerah terisolir. Nilai lebih diberikan kepada karya yang mengedepankan muatan lokal (local wisdom) karena program PFSains ini mengedepankan prinsip community based research/technology,” ujar Agus Mashud Asngari selaku President Director Pertamina Foundation dalam siaran pers, Selasa (30/6).
Kompetisi proyek inovasi EBT memiliki nilai strategis mengingat implementasi hasil akhirnya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi di daerah terisolisir guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Selain itu, potensi alam di Indonesia mampu mendukung berkembangnya inovasi EBT di daerah terpencil.
“Kami berpikir Indonesia sangat mampu meningkatkan produksi EBT berdasarkan kekayaan alam dan letak geografisnya. Musim kemarau yang cukup panjang berpotensi sebagai sumber energi solar cell, aliran air sangat baik untuk microhidro, sampah organik mampu dijadikan energi bio-massa, sisa CPO dapat dijadikan bio-diesel, dan masih banyak contoh lainnya. Hanya saja, potensi tersebut sampai saat ini masih belum diolah secara baik. Anugerah diberikan kepada mereka yang kreatif, memiliki ide cemerlang karya anak bangsa yang mungkin membutuhkan pendanaan dan bimbingan, sehingga lebih termotivasi melakukan penelitian lebih mendalam,” tambah Agus M. Asngari.
Lebih lanjut diungkapkan, Indonesia memiliki ancaman ketahanan energi secara berkelanjutan jika tidak diantisipasi melalui inovasi EBT.
Mengutip dari laporan “Indonesia Energi Outlook 2019” yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam, pada tahun 2018 Indonesia hanya menghasilkan total produksi energi primer berupa minyak bumi, gas bumi, batu bara dan EBT sebesar 411,6 MTOE.
Indonesia masih membutuhkan minyak mentah dan BBM impor sebanyak 43,2 MTOE untuk memenuhi kebutuhan sektor industri. Permasalahan krisis energi merupakan tanggung jawab setiap umat manusia, tidak hanya pemerintah maupun pejabat energi lainnya.
Oleh sebab itu, Pertamina dan Pertamina Foundation mengajak seluruh masyarakat untuk berperan aktif dalam mengatasi lemahnya ketahanan energi melalui kompetisi penelitian kreatif dan inovatif dalam program Kompetisi Sobat Bumi.
Tak hanya berfokus pada penyediaan energi di daerah terisolir, Pertamina Foundation juga berkomitmen untuk menjawab permasalahan sampah perkotaan dengan rekayasa untuk menjadi sumber energi bio-massa.
Oleh karena itu, diharapkan penelitian yang diusung oleh peserta mampu memberikan solusi nyata yang dapat diimplementasikan di daerah 3T maupun area lingkungan sekitar dan industri.
Kompetisi Sobat Bumi kategori Proyek Inovasi EBT dilaksanakan bersama Universitas Pertamina, dengan dukungan dari Direktorat EBT PT. Pertamina (Persero), serta dari Kementerian Ristek dan praktisi energi.
“Program ini mendapat apresisasi dan dukungan dari Kemenristek. Mulai dari juri yang berkompeten, sampai dengan Piala nantinya adalah Piala Kemenristek 2020. Kerjasama dari berbagai stakeholder bidang EBT akan menjadikan program PF sains berhasil baik. Harapannya adalah berangkat dari kompetisi, nantinya akan muncul prototype dan masuk Riset & Development Pertamina serta dapat menjadi karya dalam skala komersial. Ini yang dipesankan khusus Menristek, bahwa PF harus mulai berfikir EBT jangka panjang yang dapat dikembangkan secara komersial,” jelas Agus.
Adapun Tahapan Kompetisi Sobat Bumi kategori Proyek Inovasi EBT akan dimulai dengan pengumpulan abstrak proposal yang mulai dibuka hari ini hingga akhir bulan Juli 2020.
Selanjutnya akan dilakukan pembuatan prototype dalam bentuk aplikasi program serta finalnya adalah 10 besar peserta yang akan melakukan unjuk kreativitas implementasi prototype hasil penelitan.
Di akhir kompetisi, akan terpilih 3 (tiga) karya terbaik yang sekaligus akan menyandang anugerah Duta Energi Pertamina Foundation 2020.
Selain kompetisi proyek inovasi EBT, Kompetisi Sobat Bumi juga memiliki kategori kompetisi teori sains yang menyasar mahasiswa/i MIPA (Matematika, Biologi, Fisika, Kimia) di seluruh universitas di Indonesia. (Edi Triyono)