Jakartakita.com – PT. Anugrah Bio Nutrisi Indonesia (ABNI) selaku pemilik brand SOPALPHA, salah satu minuman kesehatan lokal asli Indonesia, mengumumkan telah memperoleh Letter of Authorization dari perusahaan Nihon Shokkin Kogyo co., Ltd, untuk penggunaan bahan baku Salmon Ovary Peptide yang diproduksi oleh perusahaan Nihon Shokkin Kogyo co., Ltd.
Salmon Ovary Peptide adalah bahan baku yang masih cukup asing terdengar dan masih tergolong langka.
Asal tahu saja, satu ekor salmon betina seumur hidupnya hanya mampu menghasilkan 1 (satu) gram Salmon Ovary Peptide.
Adapun Salmon Ovary Peptide berasal dari ekstrak membran telur ikan salmon yang sudah digunakan sejak zaman kekaisaran Jepang untuk penyembuhan.
“Sampai saat ini, banyak penelitian yang mampu membuktikan khasiat dari Salmon Ovary Peptide itu sendiri,” ucap Dennis Hadi selaku CEO PT ABNI, dalam siaran pers, Kamis (03/9).
Meski sangat langka dan spesial, dimana Salmon Ovary Peptide hanya bisa diproduksi di Hokkaido, Jepang, Nihon Shokkin Kogyo co., Ltd sudah mendapatkan Patent Manufacturing Method di lima negara, yaitu; Jepang, China, Korea, Amerika Serikat, dan Hong Kong untuk bahan baku Salmon Ovary Peptide ini.
Dengan adanya Patent Manufacturing Method, produksi bahan baku Salmon Ovary Peptide dari Nihon Shokkin Kogyo co., Ltd sudah diakui secara internasional.
“Salmon Ovary Peptide terbukti secara klinis mampu membantu memperlancar peredaran darah dengan membantu memperkecil sel lemak dan racun yang menempel pada pembuluh darah kita. Racun tersebut berasal dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari termasuk makanan sehat sekalipun, dan apabila gagal dinetralisir, akan sangat berbahaya bagi organ tubuh,” ungkap Dennis Hadi.
Ditambahkan, jika peredaran darah kita lancar, secara tidak langsung kita dapat mengurangi resiko penyakit-penyakit penuaan yang dapat menyerang tubuh seiring dengan bertambahnya usia.
Penyakit penuaan antara lain adalah sakit diabetes, hipertensi, kolesterol, kanker, dan stroke yang juga tergolong sebagai penyakit paling mematikan menurut data dari WHO. (Edi Triyono)